Telegram Web Link
JIWA TARBAWI 560



Kerendahan hati....
ketinggian budi...

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :

إذا فتح الله عليك في باب قيام الليل ،فلا تنظر للنائمين نظرة ازدراء … وإذا فتح الله عليك في باب الصيام ، فلا تنظر للمفطرين نظرة ازدراء… وإذا فتح الله عليك في باب الجهاد ، فلا تنظر للقاعدين نظرة ازدراء … فرب نائم ومفطر وقاعد أقرب إلى الله منك.”

“ Bila Allah membukakan bagimu pintu (kemudahan dalam melakukan) solat malam, maka jangan engkau memandang orang yang tidur dengan pandangan merendahkan.

Bila Allah membukakan bagimu pintu (kemudahan dalam melaksanakan) puasa, maka jangan engkau memandang orang yang tidak berpuasa dengan pandangan merendahkan.

Bila Allah membukakan untukmu pintu (kemudahan untuk) berjihad, maka jangan engkau memandang orang yang tidak berjihad dengan pandangan merendahkan.

Boleh jadi orang yang tertidur, tidak berpuasa dan tidak berjihad lebih dekat kepada Allah berbanding dirimu”

Beliau juga mengatakan:

وإنك أن تبيت نائماً وتصبح نادماً خير من أن تبيت قائماً وتُصبح معجباً ، فإنَّ المُعجَب لا يصعد له عمل

“ Sesungguhnya engkau tertidur di malam hari lalu menyesal di pagi harinya lebih baik daripada engkau terjaga beribadah di malam hari lalu berbangga di pagi harinya.Kerana orang yang bangga diri, amalannya tidak akan naik ke sisi Allah”

(Madarijus Salikin: 1/177)

Justeru... hati-hati dengan HATI mu sendiri...

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam memperingatkan :

ثلاث مهلكات : شح مطاع ، و هوى متبع ، و إعجاب المرء بنفسه

“Ada tiga hal yang dapat membinasakan diri seseorang iaitu : Kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang dituruti serta sifat bangganya seseorang terhadap dirinya sendiri (ujub)“.

HR Al Baihaqi

Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhuma berkata :

“Kebinasaan itu ada pada dua perkara, iaitu merasa putus asa dari rahmat Allah, dan merasa bangga terhadap diri sendiri.”


Justeru , berhati-hatilah dengan HATI mu sendiri





ABi
JIWA TARBAWI 561




Seorang HAMBA yang khusyu' hatinya di dalam dan di luar solatnya, sentiasa merasai fokus dalam hatinya terhadap pertemuannya dengan Tuhannya.

Hati yang khusyu' mengingati Allah menjadikan seorang HAMBA itu serius menjadikan kehidupannya terjurus kepada persiapan pertemuannya dengan Allah 'Azza wa Jalla.


وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚوَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ ﴿
٤٥﴾ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿٤٦﴾ ﴿البقرة: ٤٥-٤٦﴾

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',(45) (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.(46)

Al Baqarah : 45-46

...sebaliknya sikap hanyut dengan kelalaian hanya akan menjadikan hatinya keras membatu, degil ingkar terhadap suruhan dan larangan Tuhannya...


أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّـهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ ﴿١٦)

“Belum sampaikah lagi masanya bagi orang-orang yang beriman, untuk khusyuk hati mereka mematuhi peringatan dan pengajaran Allah serta mematuhi kebenaran (Al-Quran) yang diturunkan (kepada mereka)? Dan janganlah pula mereka menjadi seperti orang-orang yang telah diberikan Kitab sebelum mereka, setelah orang-orang itu melalui masa yang lanjut maka hati mereka menjadi keras, dan banyak di antaranya orang-orang yang fasik – derhaka “

Al Hadid :16

Ibn Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah menangis dan pengsan apabila membaca ayat ini
( Riwayat Nafi’i )


Justeru, asuhlah HATI mu dengan khusyu' mengingatiNYA..



ABi
JIWA TARBAWI 562



Berpadalah dalam mengasihi dan membenci seseorang ...


Awasilah sifat kebencian melulu, kerana ia akan mendorong kita berlaku zalim kepada mereka dan juga menjadi penyebab tidak berlaku adil terhadap mereka.


وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّـهَ إِنَّ اللَّـهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿المائدة: ٢﴾

Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Al Maidah : 2


وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ وَاتَّقُوا اللَّـهَ إِنَّ اللَّـهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿المائدة: ٨﴾

Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Al Maidah : 8


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيضَكَ يَوْمًا مَا وَأَبْغِضْ بَغِيضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا

Dari Abu Hurairah RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya. Boleh jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti menjadi orang yang kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya, boleh jadi suatu hari nanti dia menjadi orang yang kamu cintai.”

[HR. At-Tirmidzi, 1997) Status: Hadis Sahih


Al-Hasan Al-Bashri ra berkata,

“Hendaknya kalian mencintai jangan berlebihan dan membenci tidak berlebihan. Telah ada orang-orang yang berlebihan dalam mencintai satu kaum akhirnya binasa. Ada pula yang berlebihan dalam membenci satu kaum dan mereka pun binasa.”



ABi
JIWA TARBAWI 563



سَوابِقُ الهِمَمِ لا تُخرِقُ أسوَارَ الأَقدَار

“Keras kemahuan hati tidak dapat menembusi benteng takdir. “

( Al Hikam - Ibnu ‘Athaillah )



Kita disyariatkan berusaha kerana di situ ada dosa dan pahala. Bahkan berniat untuk memilih suatu kebaikan sudah ada pahala untuknya.

Namun bersedialah untuk menerima takdir ketentuanNya kerana Dia mutlak dalam menentu segala sesuatu... tiada siapa yang campur tangan pada urusan ketentuanNya. Maha Esa Allah...

Justeru...usah bertelagah dengan takdir.

قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِندِ اللَّـهِ ۖ

Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah"

An Nisa : 78




ABi
JIWA TARBAWI 564


Pada hakikatnya, hanya Allah ta'ala sahaja yang menerima taubat daripada hamba-hambaNya.

وَهُوَ ٱلَّذِى يَقْبَلُ ٱلتَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِۦ وَيَعْفُوا۟ عَنِ ٱلسَّيِّـَٔاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ﴿٢٥

Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan

As Syura : 25

Bahkan Allah ta'ala sangat gembira menerima taubat hamba-hambaNya.


وفي
الصحيحين من حديث أنس -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «الله أفرح بتوبة عبده من أحدكم، سقط على بعيره، وقد أضله في أرض فلاة»
( رواه البخاري ومسلم )

Di dalam Shahihain, diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiallahu Anhu berkata, “
Sesungguhnya Allah gembira menerima taubat hamba-Nya, melebihi kegembiraan seseorang diantara kalian tatkala menemukan kembali dengan tiba-tiba untanya yang telah hilang di gurun pasir”.

HR. Bukhari dan Muslim

Namun taubat yang diterima mestilah memenuhi syarat-syaratnya. Di antaranya ialah
:

1. Segera bertaubat iaitu sebelum nyawa sampai di kerongkong.


إِنَّمَا ٱلتَّوْبَةُ عَلَى ٱللَّـهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلسُّوٓءَ بِجَهَـٰلَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ يَتُوبُ ٱللَّـهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ ٱللَّـهُ عَلِيمًا حَكِيمًا ﴿١٧﴾ وَلَيْسَتِ ٱلتَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ حَتَّىٰٓ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ ٱلْمَوْتُ قَالَ إِنِّى تُبْتُ ٱلْـَٔـٰنَ وَلَا ٱلَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا ﴿١٨

Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(17) Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.
(18)

An Nisa' : 17-18

Disebut dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir :

Qatadah meriwayatkan dari Abul Aliyah yang menceritakan bahwa sahabat-sahabat Rasulullah Saw. pernah mengatakan, "Setiap perbuatan dosa yang dilakukan oleh seorang hamba, maka hamba yang bersangkutan dinamakan jahil."

Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:
kemudian mereka bertaubat dengan segera. (An-Nisa: 17) Yang dimaksud dengan min qarib ( من قريب ) batas maksimanya ialah mulai dia mengerjakan perbuatan dosa sampai ia melihat malaikat maut.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar. dari Qatadah yang mengatakan bahwa sahabat-sahabat Rasulullah Saw. Berkumpul, lalu mereka berpendapat bahwa setiap perbuatan yang dianggap durhaka terhadap Allah pelakunya berada dalam kejahilan, baik ia melakukannya dengan sengaja ataupun selain disengaja.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَيَّاش وَعِصَامُ بْنُ خَالِدٍ، قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ ثَوْبان، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مَكْحُولٍ، عَنْ جُبَير بْنِ نُفَيْر عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إنَّ اللَّهَ يَقْبلُ تَوْبَةَ العبدِ مَا لَمْ يُغَرغِر".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami ali ibnu Iyasy dan Isam ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami -Sauban, dari ayahnya. dari Makhul. dari Jubair ibnu Nufair dari Ibnu Umar. dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selagi nyawanya belum sampai di tenggorok.


2. Memenuhi syarat-syarat taubat. Imam An Nawawi Rahimahullahu dalam kitab Riyadhus Shalihin, di dalam Bab Taubat menyatakan:

قال
العلماء ‏:‏ التوبة واجبة من كل ذنب. فإن كانت المعصية بين العبد وبين الله تعالى لا تتعلق بحق آدمى، فلها ثلاثة شروط‏:‏ أحدها ‏:‏ أن يقلع عن المعصية‏.
والثانى‏:‏ أن يندم على فعلها‌‏ والثالث‏:‏ أن يعزم أن لا يعود إليها أبداً‏  فإن فُقد أحد الثلاثة لم تصح توبته

Para Ulama’ berkata, Taubat dari segala dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat itu terjadi antara hamba dengan Allah, tidak berkaitan dengan hak manusia maka ada 3 syarat taubat:

1)      Hendaknya ia meninggalkan maksiat tersebut.
2)      Menyesali perbuatannya.
3)      Berniat teguh untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut selama-lamanya.

Imam An Nawawi Rahimahullahu menambahkan syarat bertaubat yaitu ikhlas karena Allah semata dan masih dalam waktu diterimanya taubat (bukan ketika nyawa sudah di kerongkongan ataupun setelah matahari terbit dari barat).

Apabila salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka taubatnya tidak sah.

Dapat disimpulkan, taubat yang memenuhi ciri-ciri dan syarat-syarat di atas akan diterima oleh Allah 'azza wa jalla.

Namun adakah tanda-tanda yang dapat dilihat atau dirasai oleh hamba-hamba yang bertaubat bahawa taubatnya telah diterima..?

Pada hakikatnya, hanya Allah ta'ala yang maha mengetahuinya kerana Dialah yang menerima taubat hamba-hambaNya. Dan sudah pastinya bila di akhirat nanti barulah seorang hamba itu akan mengetahui dengan pasti apakah taubatnya telah diterima oleh Allah ta'ala iaitu bila ia telah melalui pengadilan di mahkamah Allah Rabbul Jalil.

Namun ada juga di kalangan para ulamak yang menyentuh persoalan tanda-tanda ini di dalam kitab-kitab mereka. Di antaranya ialah Imam Ibnu Qayyim Al Jauzi di dalam kitabnya Madarijus Salikin .


Antara tanda-tanda tersebut ialah:
 
1. Setelah bertaubat, seseorang hamba itu lebih baik dari sebelumnya.
 
2. Terus diselubungi rasa takwa dan takut terhadap dosanya dan tidak pernah merasa aman dari siksa Allah walau sekelip mata. Rasa takut itu berterusan sehinggalah datang malaikat untuk mengambil nyawanya.
 
3. Terlepas dari cengkaman dosa yang dilakukan kerana penyesalan dan rasa takutkan dosa.
 
4 Lembut hatinya setelah bertaubat dengan kelembutan yang sempurna, sehingga tunduk kepada Allah walau dalam keadaan marah dan sentiasa dalam kekhusukan.

Apa yang perlu dilakukan ialah berterusan dalam taubat, dengan mengharapkan rahmat kasih sayang Allah, beristiqamah dengan ibadah dan perjuangan sehinggalah saat akhir kehidupan untuk menemuiNya.

Wallahu a'laam.



ABi
JIWA TARBAWI 565



Bila ‘cinta’ membutakan ...

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ عنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ


رواه أبو داود، ٤٤٦٥



Dari Abu Ad Darda dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Baginda bersabda:
Kecintaanmu kepada sesuatu akan membuat buta dan tuli.

HR Abu Daud, 4465

Cinta terkadang boleh membutakan seseorang dari jalan yang penuh dengan petunjuk Allah, serta dapat metulikannya untuk mendengar kalam kebenaran.

Seseorang yang mengalami cinta yang hebat dalam hatinya terhadap orang yang ia kasihi atau sesuatu, namun tidak dikendalikan oleh akal dan petunjuk agamanya, maka cinta itu akan membuat ia tuli dan buta. Cinta sebegini lebih dikuasai oleh nafsu dan syahwat.

Dalam sebuah syair Imam Syafi’i mengatakan,

عين الرضى عن كل عيب كليلة كما أن عين السخط تبدي المساويا

“Pandangan simpati menutupi segala kecelaaan, sebagaimana pandangan benci menampakkan segala kecacatan.”

Kecintaan yang dikuasai oleh nafsu dan keinginan, diperingatkan okeh Allah azza wa jalla,


زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّـهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ ﴿آل عمران: ١٤﴾

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Ali ‘Imran : 14

Biar pun mereka memiliki pandangan mata dan pendengaran zahir yang baik, pada hakikatnya tidak membawa apa-apa manfaat kepada kehidupan akhirat mereka.


وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ ﴿الأعراف: ١٧٩﴾



Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Al A’raf : 179


Kerana pada hakikatnya, HATI yang buta bila nafsu dan keinginan menguasai ..


أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَـٰكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ ﴿الحج: ٤٦﴾

maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.

Al Hajj : 46



ABi
JIWA TARBAWI 566



Jiwa manusia jadi lemah bila HATI ada ghaflah (
غفلة ) iaitu kelalaian..

اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُّعْرِضُونَ ﴿١﴾ مَا يَأْتِيهِم مِّن ذِكْرٍ مِّن رَّبِّهِم مُّحْدَثٍ إِلَّا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ ﴿٢﴾ لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ ۗ .....(٣)

 Telah hampir datangnya kepada manusia hari perhitungan amalnya sedang mereka dalam kelalaian, tidak hiraukan persediaan baginya.(1) Tidak datang kepada mereka itu sebarang peringatan yang diturunkan dari Tuhan mereka lepas satu: satu, melainkan mereka memasang telinga mendengarnya sambil mereka mempermain-mainkannya (2) Dengan keadaan hati mereka leka daripada memahami dan mengamalkan maksudnya....(3)

Al Anbiya' : 1 - 3

Ummat akhir zaman memang hanyut dengan kelalaian, kelekaan dan perkara yang sia-sia. Hati yang hanya lalai dan leka dengan kehidupan dunia.

Lalai dan leka daripada kehidupan akhirat adalah sifat hati golongan kuffar.

﴿ يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُون ﴾ [الروم: 7]

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.(17)

Ar Rum:17

وَلَـٰكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللَّـهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ﴿
١٠٦﴾ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمُ اسْتَحَبُّوا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ وَأَنَّ اللَّـهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ ﴿١٠٧﴾ أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّـهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ ﴿١٠٨﴾   ( النحل : ١٠٦-١٠٨)

akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.(106) Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.(107) Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai.(108)

An Nahl : 106-108

Juga akibat tutupan penyakit nifaq.

روى مسلم في صحيحه من حديث عبدالله بن عمر وأبي هريرة رضي اللهُ عنهما أَنَّهُمَا سَمِعَا رَسُولَ اللَّهِ صلى اللهُ عليه وسلم يَقُولُ عَلَى أَعْوَادِ مِنْبَرِهِ: "لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ عَنْ وَدْعِهِمُ الْجُمُعَاتِ، أَوْ لَيَخْتِمَنَّ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ ثُمَّ لَيَكُونُنَّ مِنَ الْغَافِلِينَ".

“Sungguh berhentilah orang-orang daripada perbuatan mereka meninggalkan solat jumaat atau benar-benar Allah ta'ala akan menutup hati-hati mereka,kemudian mereka benar-benar menjadi orang yang lalai.

HR Muslim

Hati yang lalai juga ialah yang lalai  mengambil ibrah dan pengajaran daripada ayat-ayat tanda kebesaran Allah ta'ala.

﴿ فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُون ﴾ [يونس: 92]، 

Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.(92)


Yunus:92

Merasa tenang dengan kehidupan dunia, tidak mengharapkan pertemuan yang baik dengan Rabbul Jalil di akhirat, pasti diiringi pula dengan kelalaian terhadap ayat-ayat Allah.

 ﴿ إَنَّ الَّذِينَ لاَ يَرْجُونَ لِقَاءنَا وَرَضُواْ بِالْحَياةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّواْ بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُون *أُوْلَئِكَ مَأْوَاهُمُ النُّارُ بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُون ﴾ [يونس: 7-8].

Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,(7) mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.(8)

Yunus:7-8

Ghaflah lalai dari mengingati Allah ta'ala juga akan disusuli oleh mengikut hawa nafsu, yang sudah pasti membawa padah yang buruk di akhirat nanti.
وَلاَ تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا ﴾ [الكهف: 28].
dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.(28)


Al Kahfi : 28

Pandangan mata, pendengaran telinga dan hati sudah tidak berfaedah lagi bila ghaflah lalai menguasai jiwa...

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ ﴾ [الأعراف: 179]،


Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.(179)

Al A’raf:179

Kadangkala lalai mengingati Allah itu merupakan akibat balasan daripada Allah ta'ala kerana bermaksiat kepadaNya

  ﴿ أُولَئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُون ﴾ 
[النحل: 108].

Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai.(108)

An Nahl:108

قال المحاسبي:
 (اعلم أنَّ الذنوب تورث الغفلة، والغفلة تورث القسوة، والقسوة تورث البعد من الله، والبعد من الله يورث النار، وإنَّما يتفكر في هذا الأحياء، وأما الأموات فقد أماتوا أنفسهم بحب الدنيا) 

Imam Al Muhasabi berkata :

" Ketahuilah sesungguhnya dosa-dosa itu mewariskan ghaflah ( lalai ), kelalaian pula mewariskan keras hati, keras hati mewariskan jauh daripada Allah, jauh daripada Allah mewariskan neraka. Mereka yang hidup hatinya akan memikirkan persoalan ini, manakala yang mati hatinya, mereka mematikan diri mereka dengan kecintaan terhadap dunia".

 . قال ابن القيم:
 (متى رأيت القلب قد ترحل عنه حب الله والاستعداد للقائه، وحلَّ فيه حب المخلوق، والرضا بالحياة الدنيا، والطمأنينة بها، فاعلم أنه قد خسف به)  . 

Ibnul Qayyim RH berkata :

" Apabila engkau melihat hati, yang mana kecintaan kepada Allah dan persiapan untuk bertemuNya telah terpisah daripada hati itu, kecintaan kepada makhluq pula bertapak di dalamnya, dan redha pula kepada kehidupan duniawi dan tenang aman dengannya, maka ketahuilah bahawasanya hati itu telah gerhana disebabkannya".


Ubat dan penawar lalai ialah zikrullah, mengingatiNya dengan hati dan menyebut-nyebutNya dengan lidah.


﴿وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُن مِّنَ الْغَافِلِين ﴾ [الأعراف: 205].

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.(205)

Al ‘Araf:205

Berdoa tanpa hati yang yakin dan ingat, doa tidak akan termakbul..

فقد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ( ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة، واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه.)  
(
رواه الترمذي وأحمد)

Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 

“Berdoalah kepada Allah, sedangkan kamu yakin akan dikabulkan doa itu. Ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.”
 

HR Tirmizi, Ahmad

Imam Ibnu Rajab al Hanbali menyebut dalam kitabnya Jami'ul Ulum wal hikam :

" Di antara syarat utama ( makbul doa ) ialah hadir hati (
حضور القلب ) dan yakin mengharap makbul daripada Allah ta'ala ".

Justeru, bermujahadahlah dan berusahalah dengan sungguh-sungguh merawat dan mengubati ghaflah ini.
Jangan sampai menyesal pada ketika Yaumul Hasrah ( يوم الحسرة ) iaitu Hari Penyesalan ketika dihadapkan ke mahkamah Rabbul Jalil...

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ ۚ ذَٰلِكَ يَوْمُ الْوَعِيدِ ﴿
٢٠﴾ وَجَاءَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَّعَهَا سَائِقٌ وَشَهِيدٌ ﴿٢١﴾ لَّقَدْ كُنتَ فِي غَفْلَةٍ مِّنْ هَـٰذَا فَكَشَفْنَا عَنكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ ﴿٢٢

Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman.(20) Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat pengiring dan seorang malaikat penyaksi.(21) Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.(22)

Qaaf : 20-22





ABi
JIWA TARBAWI 567


Ukhuwwah adalah hubungan ruhiyy yang hebat..


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
( رواه مسلم وأبو داود وأحمد )

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Roh-roh itu seperti tentera-tentera yang berkelompok-kelompok, jika saling mengenal mereka akan menjadi akrab, dan jika saling bermusuhan maka mereka akan saling berselisih."

HR Muslim, Abu Daud, Ahmad


Daripada Abi Darda’ RA, bahawa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ، إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ: وَلَكَ بِمِثْلٍ

Maksudnya: “Tidak ada seorang hamba yang muslim apabila berdoa kepada saudaranya yang berjauhan (tanpa pengetahuannya), melainkan malaikat berkata kepadanya: dan bagi kamu sepertinya (seperti yang didoakan)”.

[Riwayat Muslim (4912)]
 
Daripada Safwan bin Abdillah RA, bahawa Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ

Maksudnya: “Doa seseorang muslim untuk saudaranya secara berjauhan (tanpa pengetahuannya) adalah mustajab. Di kepalanya (yang berdoa) terdapat malaikat yang diwakilkan kepadanya, setiap kali dia berdoa kepada saudaranya dengan kebaikan maka malaikat yang diwakilkan itu akan berkata: Amin dan bagi engkau seperti itu juga (sama seperti apa yang didoakan itu)”.

[Riwayat Muslim (4914)]


أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَرَجَ رَجُلٌ مِنْ قَرْيَتِهِ يَزُورُ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ مَلَكًا فَجَلَسَ عَلَى طَرِيقِهِ فَقَالَ لَهُ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِي أَزُورُهُ فِي اللَّهِ فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ قَالَ لَهُ هَلْ لَهُ عَلَيْكَ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا قَالَ لَا وَلَكِنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ فَإِنِّي رَسُولُ رَبِّكَ إِلَيْكَ أَنَّهُ قَدْ أَحَبَّكَ بِمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ


Dari Abi Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:

Seorang lelaki keluar dari kampungnya menziarahi saudaranya yang berada ada di kampung lain, lalu Allah mengamatinya dengan mengutus seorang malaikat, malaikat tersebut kemudian duduk di jalan yang ia lewati seraya bertanya kepadanya; 'Mau kemanakah engkau? ' maka ia menjawab; 'Aku ingin pergi menziarahi saudaraku di kampung ini karena Allah, ' malaikat berkata kepadanya; 'Apakah karena ia mempunyai nikmat (harta) yang ada bersamamu dan sedang engkau pelihara? ' ia menjawab; 'Tidak, akan tetapi aku mencintainya karena Allah 'azza wajalla, ' maka malaikat berkata; 'Sesungguhnya aku adalah utusan Rabbmu yang diutus kepadamu mengabarkan bahwa Ia mencintaimu karena engkau mencitai saudaramu karena Allah”.

HR Ahmad,9857



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا عَادَ الْمُسْلِمُ أَخَاهُ أَوْ زَارَهُ قَالَ حَسَنٌ فِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مَنْزِلًا فِي الْجَنَّةِ


Dari Abi Hurairah, dia berkata; Bahwasanya Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

Jika seorang muslim menjenguk atau menziarahi saudaranya sesama muslim, -Hasan menyebutkan; - karena Allah 'azza wajalla, maka Allah 'azza wajalla berfirman: 'Engkau telah beruntung, dan beruntung, engkau telah menyiapkan rumah di syurga “.

HR Ahmad, 8297


Sesungguhnya ruh ukhuwwah tanpa sempadan yang membatasinya ..





ABi
JIWA TARBAWI 568




Kadangkala,

Seseorang HAMBA itu sihat tubuh badannya. Bagus makan minumnya. Melimpah ruah rezekinya...

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿البقرة: ١٦٨﴾

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Al Baqarah : 168


Namun, lemah ruhinya. Kerana tiada kekuatan makrifat dan ibadat. Makanan ruh bukannya seperti makanan jasadi. Ruh perlukan syahadah dan ibadah.

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَىٰ شَهِدْنَا أَن تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَـٰذَا غَافِلِينَ ﴿الأعراف: ١٧٢﴾

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Al A’raf : 176


Ada sebahagian HAMBA yang berilmu, bermaklumat. Kemampuan aqalnya hebat. Namun hatinya kotor dan berpenyakit. Antara sebabnya tiada mujahadah bersungguh untuk mengengkang nafsunya, biar pun dia berilmu. Keinginan nafsu tidak terbendung sering menjadikan hati jadi kotor. Dengan sebab dosa dan penyakit-penyakit syahwat yang menyinggah di hati. Tambah lagi kalau ia seorang yang jahil tiada pimpinan ilmu yang benar. Semakin mudah lah dan jauh dihanyutkan oleh nafsu.


عَنْ 
أَبِي بَرْزَةَ الأَسْلَمِيِّ  ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ شَهَوَاتُ الْغَيِّ فِي بُطُونِكُمْ ، وَفِي فُرُوجِكُمْ ، وَمُضِلاتِ الْهَوَى "

( رواه احمد )

Daripada Abu Barrazah Al Aslami , Rasululullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

" Yang paling aku khawatir ke atas kamu ialah syahwat yang jahat dalam perutmu dan kemaluanmu, juga hawa hafsu yang menyesatkan ".

HR Ahmad


Hati sepatutnya diisi dengan takwa, iman, tauhid,sifat-sifat terpuji agar menjadi qalbun salim ( hati yang sejahtera). Dan bukan dibiarkan pada syirik, kufur, nifaq, sifat-sifat terkeji menyuburi.

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿
٨٨﴾ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّـهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ﴿٨٩
﴿الشعراء: ٨٨-٨٩﴾


(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih ( sejahtera ).

As Syu’ara : 88-89


Justeru,

Jasad
Ruh
Aqal
Hati
Nafsu


DIRI yang ada pada diri seorang HAMBA. Alangkah sibuknya hidup seorang HAMBA untuk menjaga semuanya.



Namun itulah yang sering diabaikan dan dialpa oleh seorang HAMBA..





ABi
JIWA TARBAWI 569



Megah dan kemegahan,

Yang berilmu, megah dengan ilmunya,

Yang pandai, megah dengan kepandaiannya,

Yang beramal, megah dengan amalannya,

Yang cantik, megah dengan kecantikannya,

Yang kaya berharta, megah dengan kekayaan hartanya,

Yang ramai pengikut, megah dengan ramainya pengikutnya,

Yang berkuasa dan berpengaruh, megah dengan kuasa dan pengaruhnya,

Yang mulia, megah dengan kemuliaannya,



Bahkan yang lebih menakutkan...

Yang bodoh jahil, megah dengan kebodohan dan kejahilannya,

Yang bermaksiat, megah dengan kemaksiatannya,

Yang berdosa, megah dengan dosa-dosanya,

Yang zalim, megah dengan kezalimannya,

Yang sesat, megah dengan kesesatannya,


Namun mereka masih merasa megah dan masih merasa baik dengan kemegahan mereka...


قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا﴿
١٠٣﴾ الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا ﴿١٠٤

﴿الكهف: ١٠٣-١٠٤﴾

Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"

Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.

Al Kahfi : 103-104


اللهم آتنا من لدنك رحمة هيئ لنا من أمرنا رشدا

“ Ya Allah, kurniakannlah rahmat dari sisi Mu, dan berikanlah petunjuk panduan Mu pada setiap urusan kami “







ABi
JIWA TARBAWI 570


بسم الله الرحمن الرحيم

Untuk para pecinta ilmu, dakwah, tarbiyyah dan jihad...

Sibukkanlah diri mu dengan amalan-amalan ini,


أبواب الأجر و مكفرات الذنوب
Pintu-pintu Balasan Pahala dan Penghapus Dosa-dosa

1- التوبة:

(من تاب قبل أن تطلع الشمس من مغربها تاب الله عليه) مسلم 2703



1. Taubat kepada Allah 'azza wa Jalla.

" Barangsiapa yang bertaubat sebelum terbit matahari dari barat, nescaya Allah menerima taubatnya " ( HR Muslim )

(إن الله عز وجل يقبل توبة العبد ما لم يغرغر).
“Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla menerima taubat hambanya selama mana sebelum nyawa sampai di kerongkong ".

2- الخروج في طلب العلم:

(من سلك طريقا يلتمس فيها علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة) مسلم (2699).

2. Keluar pada menuntut ilmu

" Barangsiapa yang menjalani jalan untuk mendapat ilmu, nescaya Allah mudahkan ia jalan menunju ke syurga "

( HR Muslim )

3- ذكر الله تعالى:

(ألا أنبئكم بخير أعمالكم، وأزكاها عند مليككم، وأرفعها في درجاتكم، وخير لكم من إنفاق الذهب والفضة وخير لكم من أن تلقوا عدوكم فتضربوا أعناقهم ويضربوا أعناقكم) قالوا بلى- قال: ذكر الله تعالى) الترمذي(3347).

3. Zikrullah

" mahu kah aku memberitahu kamu dengan sebaik-baik amalan kamu, sebersih-bersih harta di sisimu, setinggi-tinggi darjat kedudukanmu, terlebih baik belanja emasa dan perak kamu, terlebih baik baik daripada kamu bertemu musuh lantas engkau pancung leher mereka dan mereka pancubf leher mu; para sahabat ' Bahkan ..', Rasulullah menjawab: zikrullah ".

( HR Tirmizi ).

4- اصطناع المعروف والدلالة على الخير:

(كل معروف صدقة، والدال على الخير
كفاعله) البخاري (10/374)، مسلم (1005).

4. Menggalak kemakrufan dan menunjukki ke arah kebaikan.

" Setiap yang makruf itu sadaqah, dan seorang yang menunjukki kebaikan seperti orang yang membuat kebaikan itu "

(HR Bukhari, Muslim )

5- فضل الدعوة إلى الله:

( من دعا إلى هدى كان له من الأجر مثل أجور من تبعه لا ينقص ذلك من أجورهم شيئا) مسلم (2674).

5. Kelebihan berdakwah kepada Allah

" Setiap orang yang berdakwah kepada petunjuk, baginya balasan seperti ganjaran orang yang mengikuti petunjuk itu, tiada dikurang walaupun sedikit pun."

( HR Muslim )

6- الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر:
(من رأى منكم منكراً فليغيره بيده، فإن لم يستطع فبلسانه، فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان) مسلم (49).

6. Menyuruh yang makruf, mencegah yang mungkar.

" Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka hendaklah dengan hatinya, yang demikian itulah selema-lemah iman".

( HR Muslim)

7- قراءة القرآن الكريم وتلاوته:

( اقرؤوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه) مسلم (804).

7. Membaca Al Quran

" Bacalah Al quran sesungguhnya ia akan datang pada Hari Qiyamah sebagai pemberi syafaat kepada pembacanya".

(HR Muslim )

8- تعلم القرآن الكريم وتعليمه:

( خيركم من تعلم القرآن وعلمه) البخاري (9/66).

8. Belajar Al Quran dan mengajarkannya.

" Sebaik-baik ialah seorang belajar Al Quran dan mengajarinya "

( HR Bukhari )

9- السلام :

( لا تدخلوا الجنة حتى تؤمنوا ولا تؤمنوا حتى تحابوا، أولا أدلكم على شيء لو فعلتموه تحاببتم: أفشوا السلام بينكم) مسلم (54).

9. Menyebarkan Salam

" Kamu tidak akan masuk syurga sehinggalah kamu beriman, dan kamu tidak beriman sehinggalah kamu berkasih sayang, Mahukah kamu aku tunjukkan kepada sesuatu jika kamu lakukan kamu akan berkasih sayang? Sebarkanlah salam antara sesama kamu".

(HR Muslim)

10- الحب في الله :

( إن الله تعالي يقول يوم القيامة: أين المتحابين بجلالي، اليوم أظلهم في ظلي يوم لا ظل إلا ظلي ) مسلم (2566).

10. Berkasih sayang kerana Allah

" Sesungguhnya Allah ta'ala berfirman di hari qiyamah : Di manakah mereka yang berkasih sayang kerana keagunganKu, pada hari Aku menaungi mereka di bawah naunganKu pada hari yang tiada naungan melainkan naunganKu."

HR Muslim


Justeru, kehidupan sebenarnya adalah hari-hari yang sibuk dengan amalan kehambaan.




ABi
JIWA TARBAWI 571




Kenapa tidak serius dan bersungguh-sungguh, sedangkan Allah menyuruh supaya ‘serius dan bersungguh-sungguh ‘ ...


وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّـهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

﴿العنكبوت: ٦٩﴾

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

Daripada Aisyah RA, bahawa Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ

“Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla kasih apabila seseorang daripada kamu melakukan sesuatu amalan hendaklah buat secara tekun.”

Bila tidak serius dan bersungguh-sungguh,

Banyak program dan aktiviti tidak berjaya mencapai matlamat,

Banyak majlis ilmu, usrah, dakwah dan tarbiyyah tidak berpanjangan,

Malas dan tidak komited dengan keilmuan dan pengislahan diri

Tidak alim dan faqih walaupun sudah lama ada kesedaran beragama

Jiwa dan semangat perjuangan yang berkobar di kampus hilang bila keluar kampus,

Iltizam dengan amal dan ibadah hanya bermusim dan bila beramai-ramai,

Munculnya berbagai sifat dan sikap buruk dalam diri seperti malas, cuai, leka, lalai, lemah jiwa, resah gelisah, penakut, bakhil untuk berkorban, sombong angkuh, ujub dengan amalan, hasad dengki dan berbagai lagi. Dan masih mengekalkan tabiat hidup dan amalan buruk.

Tidak lahir istiqamah, yang lahir hanyalah futur dan angan-angan ...


Justeru, awasilah dirimu sendiri kerana lebih banyak musuh yang dekat berada dalam dirimu berbanding yang jauh di luar dirimu..




ABi
JIWA TARBAWI 572



Banyak tazkirah telah dibaca dan didengari..


Ramai penasihat telah menasihati mu...


Banyak teguran dari NYA berupa ujian dan musibah telah dirasai ..


Namun, kenapakah hati mu masih tidak kembali dan khusyu’ mengingati NYA ...



. أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّـهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ ﴿الحديد: ١٦﴾


Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.

Al Hadid : 16



Usah sampai jadi hanyut, engkau pasti menyesal nanti..




ABi
JIWA TARBAWI 573




Tanpa ilmu dan tarbiyyah yang berterusan menyirami , jiwa pasti akan jadi kering dan layu ..


Ilmu menghidupkan hati sebagaimana hujan menyuburkan tanah,

عن أبي موسى الأشعاري، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مَثَلَ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَصَابَ الْأَرْضَ فَكَانَتْ مِنْهُ طَائِفَةٌ قَبِلَتْ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهَا نَاسًا فَشَرِبُوا فَرَعَوْا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَسْقَوْا وَأَصَابَتْ طَائِفَةً مِنْهَا أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَنَفَعَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِمَا بَعَثَنِي بِهِ وَنَفَعَ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ


Dari Abu Musa Al Asy’ari, Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



“Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah bagai ghaits (hujan yang bermanfaat) yang mengenai tanah. Maka ada tanah yang baik, yang boleh menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Di antaranya juga ada tanah yang ajadib (tanah yang bisa menampung air, namun tidak bisa menyerap ke dalamnya), maka dengan genangan air tersebut Allah memberi manfaat untuk banyak orang, sehingga manusia dapat mengambil air minum dari tanah ini. Lalu manusia dapat memberi minum untuk hewan ternaknya, dan manusia dapat mengairi tanah pertaniannya. Jenis tanah ketiga adalah tanah qi’an (tanah yang tidak bisa menampung dan tidak bisa menyerap air). Inilah permisalan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat baginya ajaran yang Allah mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia mengajarkan kepada orang lain. Dan demikianlah orang yang tidak mengangkat kepalanya terhadap wahyu, dia tidak mau menerima petunjuk yang Allah mengutusku untuk membawanya.”

HR Ahmad, 18752


Ilmu menghidupkan hati dengan berbagai kemuliaan berupa ketaqwaan, keimanan, keikhlasan dan segala sifat dan perlakuan yang terpuji termasuk himmah cita-cita yang tinggi.


Tarbiyyah pula satu proses berterusan seiring dengan susah senang dalam kehidupan. Seiring dengan proses perubahan hidup. Seiring dengan ketentuan dan mehnah ujian dari Allah ‘azza wa jalla.

Justeru itu, ramai memberi alasan untuk tidak
Ww




ditarbiyyah dalam kehidupannya..

Ada setengah orang yang sentiasa menggunakan kesibukan sebagai alasan. Alasan tidak dapat datang majlis-majlis pengajian..

tidak dapat datang usrah..

tidak dapat datang mesyuarat..

dan macam-macam lagi.

Ada juga kerana kesibukan jadi alasan tidak dapat beramal..

solat tidak berjamaah..

tinggal zikir ma'thurat..

tidak ada masa untuk Al Quran...

juga tidak dapat dapat bangun malam bertahajjud.

Tambah lagi ada juga buat alasan kerana tanggungjawab taklif perjuangan yang banyak ...

tetapi terabai langsung amal-amal fardi.

Ini semua hanyalah alasan yang datang dari nafsu dan kerendahan himmah seorang yang mengaku pejuang..!


Tarbiyyah hakikatnya bukanlah semata-mata fikrah. Tarbiyyah bukan semata-mata kekuatan hujjah. Tarbiyyah bukan semata-mata ilmiyyah...

namun ianya adalah proses perubahan melalui pengalaman beramal dengan ilmu..

berpegang dengan fikrah..

juga pengalaman mengendalikan diri dalam berhadapan arus kehidupan yang penuh dengan kesibukan dan tanggungjawab perjuangan...

Tarbiyyah adalah satu proses merasai pengalaman..

bagaimana rasanya berpegang teguh dengan Islam sebagai cara hidup..

bagaimana rasanya bila beramal dan merasai lazat beramal..

bagaimana rasanya bila berjuang dan merasai pahit getir perjuangan...

bagaimana rasanya susah payah perjuangan dan bersabar dalam bersusah payah.

Oleh itu ..

jika pernah rasa senang maka kena rasa juga susah..

jika pernah rasa menang maka kena rasa juga kalah..
jika pernah rasa kuat maka kena rasa juga lemah.

Semua itu memberi pengalaman merasai sunnah dan realiti perjuangan. Barulah seorang pejuang itu menjadi matang dalam tarbiyyahnya...

Firman Allah Azza wa Jalla :

أم حسبتم أن تدخلوا الجنة ولما يأتكم مثل الذين خلوا من قبلكم مستهم البأسأ والضرأ وزلزلوا حتى يقول الرسول والذين أمنوا معه متى نصرالله ألآ ان نصرالله قريب

"Apakah kamu menyangka bahawa kamu akan masuk syurga sedangkan belum lagi datang kepadamu apa yang telah mengenai orang-orang yang terdahulu dari kamu; mereka dirasakan dengan kesakitan dan kepapaan dan digoncangkan (pegangan) mereka sehingga berkata oleh rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya `Bilakah lagi datang pertolongan Allah' Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu hampir".

Al Baqarah : 214

Justeru, perkukuhkan lah penguasaan ilmu dan amalan mu

terjunlah ke medan perjuangan..

tinggalkanlah alam mimpi fikrah dan idealisma mu...

nescaya antum bakal menjadi pejuang aqidah dan fikrah yang sebenar ..

menjadi pencinta mati syahid demi syurga Allah yang tinggi..




ABi
JIWA TARBAWI 574





Ucapan yang mudah namun besarnya kesyukurannya ..



Daripada Usamah bin Zaid radhiyallahu anhu bahawa Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

من صُنِعَ إليه مَعْرُوفٌ فقال لِفَاعِلِهِ جَزَاكَ الله خَيْرًا فَقَدْ أَبْلَغَ في الثَّنَاءِ

“Sesiapa yang diberikan kepadanya satu perbuatan kebaikan lalu dia membalasnya dengan mengatakan ‘Jazaakallahu Khairan’ (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh hal itu telah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya.”

(HR.At-Tirmidzi,1958)

Justeru , bermohonlah bantuan NYA dalam menyatakan kesyukuran yang sebenar.


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتُحِبُّونَ أَنْ تَجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ؟ قُولُوا: اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى شُكْرِكَ، وَذِكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

رواه أحمد، 7641

Dari Abu Hurairah dari Nabi sallallahu 'alaihi wasallam, Baginda bersabda:

Apakah kalian senang untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa, ucapkanlah: ALLAHUMMA A'INNAA 'ALAA SYUKRIKA WA DZIKRIKA WA HUSNI IBAADATIKA ( Ya Allah bantulah kami untuk bersyukur kepada-Mu dan berdzikir kepada-Mu serta beribadah yang baik kepada-Mu).

HR Ahmad, 7641




ABi
JIWA TARBAWI 575



Didikan untuk diri , yang berterusan di bulan-bulan haram ( Zulqaedah, Zulhijjah , Muharram dan Rejab ).


إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّماَوَاتِ وَاْلأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ فَلاَتَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ أَنْفُسَكُمْ..الآية

Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah menganiaya diri dalam bulan yang empat itu

[At-Taubah/9: 36]

Al-Hafiz Ibnu Kathir di dalam tafsirnya telah menukilkan pendapat Ibn Abbas yang menyatakan bahawa setiap kezaliman yang dilakukan di dalam bulan-bulan Haram ini, dosanya adalah lebih besar berbanding bulan-bulan lain. Begitu juga, amal soleh yang dilakukan adalah lebih besar (pahala) berbanding bulan-bulan yang lain.

[Tafsir Ibn Kathir, 4:130]
 

الزمانُ قد استدارَ كهيئتِه يومَ خلقَ اللهُ السماواتِ والأرضَ ، السنةُ اثنا عشر شهرًا ، منها أربعةٌ حُرُمٌ ، ثلاثةٌ مُتوالياتٌ : ذو القَعدةِ وذو الحِجَّةِ والمُحرَّمُ ، ورجبُ مُضر ، الذي بين جُمادى وشعبانَ

“Waktu berputar sebagaimana keadaannya ketika Allah SWT menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri daripada dua belas bulan, daripadanya terdapat empat bulan yang haram (suci) iaitu tiga daripadanya mengikut turutan (Zul al-Kaedah, Zul al-Hijjah dan Muharram) dan yang keempat adalah Rejab terletak antara Jamadi al-Akhir dan Sya’ban”.

[ HR Bukhari dan Muslim ]

Adapun tentang larangan berbuat zalim pada ayat diatas, para ulamak salaf berbeza pendapat. Sebahagian mereka ada yang berpendapat bahawa yang dimaksud kezaliman adalah peperangan secara mutlak. Sebagian mereka berkata –
dan ini yang lebih rajih– bahwa maksud dari kezaliman dalam ayat di atas ialahlarangan memulakan peperangan. Ada juga ulamak yang berpendapat bahawa yang dimaksud dengan kezaliman di dalam ayat ialah berbuat dosa dan kemaksiatan.

فَلاَتَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ أَنْفُسَكُ (“Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan itu.”) yakni di bulan-bulan haram ini karena (menganiaya diri di bulan itu) lebih besar dosanya, sebagaimana berbuat maksiat di tanah haram lebih besar dosanya.
di bulan haram, dosa dilipatkan.
dari Ibnu `Abbas: “Dalam seluruh bulan.” Muhammad bin Ishaq berkata: “Maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan-bulan itu.”Yakni, jangan menghalalkan apa yang diharamkan, dan mengharamkan apa yang dihalalkan


اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنﱠ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Tahukah kalian dengan kezaliman, karena sesungguhnya kezaliman itu merupakan kegelapan-kegelapan pada hari kiamat

Hadis Riwayat Muslim dan lainnya. Shahih al-Jami no 102

3 jenis kezaliman :

1. Zalim terhadap Allah ‘Azza wa Jalla

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّـهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
﴿لقمان: ١٣﴾

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنتَقِمُونَ
﴿السجدة: ٢٢﴾

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَن يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِن تَدْعُهُمْ إِلَى الْهُدَىٰ فَلَن يَهْتَدُوا إِذًا أَبَدًا ﴿الكهف: ٥٧﴾
2024/09/30 23:44:51
Back to Top
HTML Embed Code: