Telegram Web Link
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".

Fussilat : 30

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

Dari Sahal bin Sa'ad berkata: Rasulullah ‎ bersabda:

"Sungguh ada seseorang melakukan amalan-amalan penghuni neraka namun akhirnya ia menjadi penghuni surga, dan sungguh ada seseorang yang melakukan amalan penghuni surga namun akhirnya ia menjadi penghuni neraka, sesungguhnya amal perbuatan itu dihitung dengan penutupannya."


HR Ahmad, 21768

Justeru, persiapkanlah dirimu menghadapinya.

عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
(رواه الترمذي, 2383)

Daripada As Syaddad bin Aus berkata ia, Sabda Rasululullah sallallahu 'alaihi wa sallam :

" Orang yang paling cerdik ialah seorang yang menilai dirinya dan beramal untuk kehidupan selepas mati”.

HR Tirmizi 2383





رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ‎﴿البقرة: ١٢٧﴾‏

"Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (127)

Al Baqarah: 127



اللّهَمّ اجْعَلنَا من العُتَقَاءُ مِن النّار

Ya Allah, jadikanlah kami di kalangan yang lepas dari neraka.



ABi
JIWA TARBAWI 782


Bersangka buruk terhadap Allah ‘Azza wa Jalla yang sering terjadi dalam hati manusia..

وَمَا كُنتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَن يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَٰكِن ظَنَنتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِّمَّا تَعْمَلُونَ ‎﴿٢٢﴾‏ وَذَٰلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنتُم بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُم مِّنَ الْخَاسِرِينَ ‎﴿٢٣﴾‏ ‎﴿فصلت: ٢٢-٢٣﴾‏


Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. (22) Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka kepada Tuhanmu, Dia telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (23)

Fussilat :22-23

Maha suci Allah, Allah ta’ala maha mengetahui segalanya, jangankan perbuatan manusia, bahkan daun-daun yang berjatuhan dari rantingnya pun Allah ta’ala mengetahuinya.

Allah ta’ala berfirman:

‎وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا

“Dia (Allah) mengetahui apa yang di darat dan di laut. tidak ada sehelai daunpun yang gugur uang tidak diketahuiNya.”(59)

Al An’am: 59

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah ta’ala mengetahui seluruh apa yang terjadi di bumi ini. Perbuatan siapapun, baik muslim, kafir ataupun munafik Allah ta’ala maha mengetahuinya bahkan akan membalasnya di akhirat nanti.

Justeru, berhati-hatilah dengan setiap perkataan dan perbuatanmu, bahkan termasuk apa yang menjadi sangkaan dalam hatimu.



ABi
JIWA TARBAWI 783



Kelebihan membaca surah Al Kahfi pada hari Jumaat.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu secara marfu‘, bahwa Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ

“Sesungguhnya barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi di hari Jum’at, ia akan diterangi dengan cahaya di antara dua Jumat.”

(HR. Al-Hakim no. 3392, Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra no. 5996.)

Yang dimaksudkan dengan ‘cahaya di antara dua Jumaat’ adalah

1. Diampuni dosa-dosanya di antara dua Jumat.

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu. Ia berkata, “Bahwa Nabi sallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

من قرأ سورة الكهف في يوم الجمعة سطع له نور من تحت قدمه إلى عنان السماء يضيء له يوم القيامة، وغفر له ما بين الجمعتين

“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi di hari Jum’at, ia akan diterangi cahaya dari bawah kakinya hingga ke langit pada hari Kiamat, dan diampuni dosanya di antara dua Jumat.”

(HR. Ibnu Katsir dalam Irsyadul Faqih [1: 200]

2. Cahaya tersebut berupa hidayah yang menghindarkan dari maksiat di antara dua Jumat. Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan,

معناه أنها تمنع من المعاصي وتنهى عن الفحشاء والمنكر وتهدي إلى
الصواب كما أن النور يستضاء به

“Maknanya adalah ia tertahan untuk melakukan maksiat, terhalangi untuk perbuatan fahisyah serta mungkar, dan diberi hidayah kepada kebenaran, sebagaimana cahaya yang menerangi.” (Syarah Shahih Muslim, 3: 455)

3. Cahaya di antara dua Jumat atau cahaya antara seseorang dan Ka’bah adalah cahaya yang akan diperolehi di hari Kiamat. Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan,

وقيل معناه أنه يكون أجرها نورا
لصاحبها يوم القيامة

“Sebagian ulama mengatakan, maknanya adalah ia mendapatkan ganjaran kebaikan berupa cahaya di hari Kiamat.” (Syarah Shahih Muslim, 3: 455).
Iaitu cahaya yang sangat panjang dan terang yang menerangi seseorang di kegelapan hari Kiamat. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala,

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَىٰ
نُورُهُم بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِم

“Pada hari Engkau akan melihat orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, betapa cahaya mereka bersinar di depan dan di samping kanan mereka.” (QS. Al Hadid: 12).

4. Pahala membaca Al-Kahfi terus mengalir selama dua Jumat. Imam Asy-Syaukani rahimahullah mengatakan,

معني اضاء الله له من النور مابين الجمعتين اي: انه لايزال عليه اثرها وثوابها في جميع الاسبوع

“Makna ‘diterangi cahaya dari dua Jumat’ adalah pengaruh serta pahala dari membaca Al-Kahfi terus ada selama dua Jumat.”
(Tuhfatudz Dzakirin, 1: 401).

Justeru, bacalah surah Al Kahfi pada setiap hari Jumaat.




ABi
JIWA TARBAWI 784



Belajar dari pengalaman hidup …


من كان جمعَ المال هِمَّتُه لَمْ يَخْل ُمِن همٍّ ومِن كَمدٍ

“Sesiapa yang cita-cita hatinya mengumpul harta, dia tidak sunyi dari kerunsingan dan kesedihan”

⁃ Kata-kata hukama’



ABi
JIWA TARBAWI 785



Perasaan di penghujung Ramadhan …

Tidaklah seorang manusia itu merasai kebahagiaan melainkan Alla yang telah membahagiakannya,

Sesungguhnya Allah lah yang menjadikan ia tertawa dan menangis,

Dialah yang membahagiakannya atau mencelakakannya,

Dialah yang mengayakannya atau mempapakannya,

Sesungguhnya kebahagiaan itu tidak terletak pada pasangannya dan anak-anak, kawan-kawan mahu pun harta dan kekayaan,

Kebahagiaan, hakikatnya terletak apabila hati dapat hidup dan sentiasa berhubung dengan Allah ‘Azza wa Jalla ,

Justeru, didiklah dan asuhlah hatimu dengan jalan-jalan yang dapat sampai ke pintu hadrat Allah sehingga sentiasa merasai sentuhan dan hubungan jiwa yang berpanjangan dengan Tuhanmu,

Inilah hakikat kebahagiaan yang sebenarnya.

قال الحسن البصري (رحمه الله) :
تفقدوا الحلاوة في الصلاة والقران والذكر , فإن وجدتموها فأبشروا وأملوا وإلا فأعلموا أن الباب مغلــــق ...

Berkata Hassan Al Basri rahimahullah ta’ala,

"Ambillah rasa kemanisan dalam solat, Al Quran dan zikrullah. Maka jika kamu dapat merasainya bergembiralah dan berharaplah ( keredhaanNya ). Jika tidak, ketahuilah oleh mu bahawa pintu ( ke hadhratNya ) adalah tertutup”.

اللهم اجعلنا من السعداء في الدنيا وفي الاخرة

“Ya Allah, jadikanlah kami di kalangan yang bahagi di dunia dan di akhirat.”

واجعلنا من العتقاء من النار

“Dan jadikalah kami di kalangan hamba-hambaMu yang dibebaskan dari nerakaMu.”




ABi
JIWA TARBAWI 786



كيف لا تجرى للمؤمن على فراقه دموع وهو لا يدري هل بقي له في عمره إليه رجوع

“Bagaimana mungkin air mata seorang mukmin tidak menitik tatkala berpisah dengan Ramadhan, Sedangkan ia tidak tahu lagi apakah masih ada sisa umurnya untuk berjumpa dengan Ramadhan lagi.”

(Imam Ibn Rajab, Lathaif Al Ma’arif)



Menangis lah wahai hati..!




ABi
JIWA TARBAWI 787



Perasaan di awal Syawal

‘Eid Mubarak tetap satu ibadah.



قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّىٰ ‎﴿١٤﴾‏ وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ ‎﴿١٥﴾‏ ‎﴿الأعلى: ١٤-١٥﴾‏

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (14) dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. (15)

Al A’laa: 14-15

iaitu dengan berpuasa dan mengeluarkan zakat fitrah, lalu bertakbir dan bersembahyang (di pagi raya).

Biar pun Ramadhan berlalu, dan ada rasa kegembiraan dalam hati dengan amalan-amalan ketaatan yang telah dilakukan, namun jangan sekali-kali menyandarkannya pada dirimu sendiri.

Ibnu ‘Athaillah berkata dalam Al Hikam,

لَا تُفَرِّحْكَ الطَّاعَةُ لِأَنَّهَا بَرَزَتْ مِنْكَ وَ افْرَحْ بِهَا لِأَنَّهَا بَرَزَتْ مِنَ اللهِ إِلَيْكَ.

“Janganlah engkau merasa gembira atas ketaatan yang engkau merasakan telah dapat melaksanakannya. Namun bergembiralah atas ketaatan itu dapat dilakukan kerana kurniaan taufiq hidayah Allah kepadamu.”
 
Firman Allah ‘Azza wa Jalla,

قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَ بِرَحْمَتِهِ وَ بِذلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ.

“Katakanlah: Berkat karunia dan rahmat Allah itulah hendaknya mereka bergembira. Ia lebih baik daripda apa yang mereka kumpulkan.”

(Yūnus: 58)

فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ‎﴿آل عمران: ١٧٠﴾‏

Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (170)


Merasa diri yang hebat dalam melakukan amalan ketaatan hanya akan menerbitkan rasa kagum ‘ujub dan takbur terhadap diri sendiri. Ianya hanya akan membinasakan diri sendiri dan mencelakakan hidup di akhirat.




ABi
JIWA TARBAWI 788


Bertaqwalah kepada Nya!


Dengan memelihara diri dari kemurkaan Allah ‘Azza wa Jalla ..

Dengan menjunjung segala perintah yang wajib dan yang sunat(disukai)..

Dan menjauhi segala yang haram dan yang makruh (dibenci)..

Nescaya hidupmu akan dipenuhi dengan ‘keajaiban’ takdir Tuhan.

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا ‎﴿٢﴾‏ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ‎﴿٣﴾‏
‎﴿الطلاق: ٢-٣﴾‏

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (2) Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (3)

At Thalaq: 2-3

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا ‎﴿الطلاق: ٤﴾‏

Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (4)

At Thalaq: 4

ذَٰلِكَ أَمْرُ اللَّهِ أَنزَلَهُ إِلَيْكُمْ وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا ‎﴿الطلاق: ٥﴾‏

Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu, dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya. (5)

At Thalaq : 5

Usah bersangka buruk padaNya atas segala ketentuan takdirNya padaMu. Bahkan koreksilah dirimu sendiri.

Daripada Ibn Abbas RA, bahawa Nabi ‎ bersabda:
 
مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ، جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa yang melazimi (sentiasa) istighfar, Allah SWT menjadikan untuknya bagi setiap kesempitan itu jalan keluar, setiap kebimbangan itu kelapangan dan Allah juga mengurniakan kepadanya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka”.

[HR Abu Daud ,1518]


Justeru, bertaqwalah !




ABi
JIWA TARBAWI 789



Mehami hakikat kehidupan di dunia..

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ ‎﴿الملك: ٢﴾‏

Dia lah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) - untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu: siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya; dan Ia Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi orang-orang yang bertaubat); (2)

Al Mulk: 2

Dalam mentafsirkan ayat,

( ليبلوكم أيكم أحسن عملا )

Imam Ibnu Katsir menyebut,

“ Diriwayatkan dari Qatadah : ‘ untuk menguji kamu, siapakah di antara kamu yang paling baik amalannya .. dan bukan yang paling banyak amalannya.’ “

Imam At Thabari pula menyebut,

“ supaya Dia menguji kamu dan menelek siapakah di antara kamu -wahai manusia- yang paling taat dan paling cepat bersegera menuntut keredhaanNya.”

Imam Qurthubi pula mentafsirkan,

“Yang paling banyak mengingati mati dan paling baik membiat persiapan mati, serta merasa bimbang takut dan berhati-hati terhadap kematian.”

“ Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
‘ Rasulullah ‎ﷺ membaca
(تبارك الذي بيده الملك)
hingga ke ayat (أيكم أحسن عملا) lalu bersabda: ‘ yang paling wara’ ( memlihara diri ) daripada yang diharamkan oleh Allah dan yang paling bersegera dalam mentaati Allah.’ “

Syeikh As Sa’ady dalam tafsirnya menyebut,

“ yang paling ikhlas dan paling benar amalannya. Sesungguhnya Allah mencipta hamba-hambaNya dan menghidupkqn mereka di dunia ini, dan memberitahu mereka bahawa mereka bakal berpindah meninggalkan dunia ini, mengadakan perintah dan larangan untuk mereka, menguji mereka dengan hawa nafsu yang sering bercanggah dengan perintahNya. Maka barangsiapa yang mentaatinperintahNya dan mengelokkan amalannya maka Allah akan memberi balasan yang baik dalam kehidupannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang hanyut dengan hawa nafsunya pula dan meninggalkan perintah Allah maka ia akan mendapat seburuk-buruk balasanNya.”


Justeru, sedarilah bahawa segala yang dilalui dalam kehidupan dunia ini adalah semata-mata UJIAN Allah ‘Azza wa Jalla.





ABi
JIWA TARBAWI 790




“Di bawah bayangan al-Qur’an jua , aku dapat mempelajari bahawa di dalam alam al-wujud ini tiada ruang bagi kebetulan yang membuta tuli dan bagi kejadian-kejadian luar dugaan yang mendadak kerana:

إِنَّا كُلَّ شَىۡءٍ خَلَقۡنَـٰهُ بِقَدَرٍ۬ (٤٩)

Sesungguhnya Kami ciptaan segala sesuatu itu dengan ukuran yang rapi.

(al-Qamar:49)

وَلَمۡ يَتَّخِذۡ وَلَدً۬ا وَلَمۡ يَكُن لَّهُ ۥ شَرِيكٌ۬ فِى ٱلۡمُلۡكِ وَخَلَقَ ڪُلَّ شَىۡءٍ۬ فَقَدَّرَهُ ۥ تَقۡدِيرً۬ا (٢)

Dan Dialah yang menciptakan tiap-tiap sesuatu, iaitu menentukan keadaan makhluk itu dengan ketentuan taqdir yang sempurna.

(al-Furqan:2)

(Sayyid Qutb, Di bawah Bayangan Al Qur’an)


Namun, tidak mudah jiwa manusia meyakininya. Nafsu sering memesongkan aqal fikiran walaupun sudah ada pengetahuan. Sehingga keperitan hati dalam menghadapi kehidupan menjadikan manusia tewas dalam hidupnya.

Justeru, hanya yang kuat keyakinan dan pergantungan kepadaNya sahaja yang akan ‘survive’ mengharungi kehidupan seorang yang benar-benar ‘HAMBA’.

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ ‎﴿الحديد: ٢٢﴾‏

Tidak ada sesuatu kesusahan (atau bala bencana) yang ditimpakan di bumi, dan tidak juga yang menimpa diri kamu, melainkan telah sedia ada di dalam Kitab (pengetahuan Kami) sebelum Kami menjadikannya; sesungguhnya mengadakan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

(Al Hadid: 22)




ABi
JIWA TARBAWI 791



Di saat Dzul Isba’ Al-‘Adwani merasakan ajalnya sudah hampir, ia memanggil anaknya Usaid, ia menasihati anaknya dengan beberapa nasihat demi mewujudkan kedudukan yang mulia di tengah manusia dan menjadikannya seorang yang mulia, terhormat dan dicintai oleh kaumnya. Ia berkata :

ألن جانبك لقومك يحبوك, وتواضع لهم يرفعوك, وابسط لهم وجهك يطيعوك, ولا تستأثر عليهم بشيء يسودوك,أكرم صغارهم كما تكرم كبارهم و يكبر على مودتك صغارهم, واسمح بمالك, و أعزز جارك وأعن من استعان بك, وأكرم ضيفك, وصن وجهك عن مسألة أحد شيئا, فبذلك يتم سؤددك

“Berlemah lembutlah kepada manusia maka mereka akan mencintaimu, dan bersikap rendah hatilah nescaya mereka akan mengangkat kedudukanmu, sambut mereka dengan wajah yang selalu berseri maka mereka akan mentaatimu, dan janganlah engkau bersikap kikir maka mereka akan menghormatimu. Muliakanlah anak kecil mereka sebagaimana engkau mencintai orang-orang dewasa di antara mereka, maka anak kecil tadi akan tumbuh dengan kecintaan kepadamu, mudahkanlah hartamu untuk kau berikan, hormatilah tetanggamu dan tolonglah orang yang meminta pertolongan, muliakanlah tamu dan selalulah berseri ketika menghadapi orang yang meminta-minta, maka dengan itu semua sempurnalah karismamu.”

Yang menariknya, beliau bukanlah seorang muslim. Bahkan seorang pemimpin arab di zaman jahiliyyah.

Namun ucapannya mengandungi pengajaran dan pendidikan akhlaq yang bernilai tinggi.

Justeru, benarlah apabila Rasulullah ‎ dibangkitkan, Baginda ‎ datang dengan misi ‘menyempurnakan keelokan dan kemuliaan akhlaq’, sehingga bangsa arab menjadi bangsa pemimpin dunia yang membawa keagungan Islam.

إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق .
(رواه البيهقي والبزار وغيرهما)

“Hanyasanya aku dibangkitkan untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq”

HR Baihaqi, Al Bazzar dan yang lainnya.

Jadikanlah akhlaq sebagai tunggak dakwah di hati manusia.




ABi
JIWA TARBAWI 792



Wasilah (jalan) untuk mendapat sifat sabar dan redha.

Di antaranya,

Pertama: Melihat sesuatu yang terjadi itu adalah pilihan Allah, dan pastilah ada hikmah dari pilihan Allah itu.

وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ‎﴿البقرة: ٢١٦﴾‏

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (216)

Al Baqarah: 216

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‎مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah ; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

[At-Taghaabun: 11]

‘Alqamah bin Qais menafsirkan iman yang tersebut dalam ayat ini dengan mengatakan,

هُوَ الرَّجُلُ تُصِيْبُهُ الْمُصِيْبَةُ فَيَعْلَمُ أَنَّهَا مِنْ عِنْدِ اللهِ فَيَرْضَى وَيُسَلِّمُ.

“Yaitu seseorang yang ketika ditimpa musibah ia meyakini bahwa itu semua dari Allah, maka ia pun ridha dan pasrah (atas takdir-Nya).”

[Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya (juz 28/no. 34197-34200)]

Dari Shuhaib, ia berkata bahwa Rasulullah ‎ﷺ bersabda,

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.”

(HR. Muslim, no. 2999)

Kedua: Mengingati bahawa ujian dan musibah itu adalah satu kaffarah yang akan menghapuskan dosa-dosa.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah ‎ﷺ bersabda,

مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

“Ujian akan selalu bersama dengan orang beriman lelaki maupun perempuan, baik pada dalam diri, anak, dan hartanya, sampai dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai satu kesalahan pun.”

(HR.Tirmidzi, no. 2399)

Ketiga: Memandang musibah yang menimpa masih lebih ringan dan mampu dihadapi. Ujian dan musibah itu tanda Allah menyayangi. Sedangkan musibah yang menimpa orang lain lebih berat.

من يرد الله به خيرا يصب منه

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, Allah akan memberinya musibah.” (HR. Al-Bukhari,5213).

Keempat: Hendaklah melihat pada natijah dari musibah, kerana musibah tersebut menjadikan seseorang kembali kepada Allah, menginsafi diri, rajin berzikir, berdoa, dan semakin dekat taqarrub kepada Allah.

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ‎﴿١٥٥﴾ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ‎﴿البقرة: ١٥٥-١٥٦﴾‏

..berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (155) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[Sesungguhnya kami ini milik Allah dan kepadaNya lah kami kembali]. (156)

Al Baqarah: 155-156

Kelima: Mengingat pada balasan sabar dan redha amat besar.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ‎ﷺ bersabda,

إنَّ اللهَ – عَزَّ وَجَلَّ – يَقُولُ لأَهْلِ الجَنَّةِ : يَا أهْلَ الجَنَّةِ ، فَيقولُونَ : لَبَّيكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ ، فَيقُولُ : هَلْ رَضِيتُم ؟ فَيقُولُونَ : وَمَا لَنَا لاَ نَرْضَى يَا رَبَّنَا وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أحداً مِنْ خَلْقِكَ ، فَيقُولُ : ألاَ أُعْطِيكُمْ أفْضَلَ مِنْ ذلِكَ ؟ فَيقُولُونَ : وَأيُّ شَيءٍ أفْضَلُ مِنْ ذلِكَ ؟ فَيقُولُ : أُحِلُّ عَلَيكُمْ رِضْوَانِي فَلاَ أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أبَداً

“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berkata kepada penghuni surga, “Wahai penghuni surga.
” Mereka berkata, “Kami memenuhi panggilan-Mu, kami mentaati-Mu.” Allah berfirman, “Apakah kalian ridha (puas)?” Mereka menjawab, “Kenapa kami tidak ridha (puas) sementara Engkau telah memberikan kepada kami apa yang tidak Engkau berikan kepada seorang pun dari ciptaan-Mu.” Maka Allah berfirman, “Mahukah Aku berikan kepada kalian yang lebih baik dari ini?” Mereka berkata, “Adakah yang lebih baik dari ini?” Allah berfirman, “Aku telah menurunkan kepada kalian keridhaanKu, maka Aku tidak akan marah kepada kalian setelah ini selama-lamanya.”

(HR. Bukhari, no. 6549, 7518 dan Muslim, no. 2829)

Dari Anas Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah ‎ﷺ bersabda,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ ، وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلاَهُمْ ، وَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا ، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ.

“Sungguh, besarnya pahala setimpal dengan besarnya cobaan; dan sungguh, Allah Ta’ala apabila mencintai suatu kaum, Allah menguji mereka (dengan cobaan). Barang siapa yang ridha maka baginya keridhaan dari Allah, sedang barang siapa yang marah maka baginya kemarahan dari Allah.

HR. at-Tirmizi (no. 2396) dan Ibnu Majah (no. 4031)

Justeru, SABAR lah dan kembalikanlah dirimu kepadaNya.





ABi
JIWA TARBAWI 793


Nafsu manusia sering rasa tidak cukup dan puas.

Sehingga tanpa sedar ia tidak bersyukur bahkan menghina Sang Pemberi Nikmat.


Dari Ibnu ‘Abbas, ia mendengar Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا ، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

“Seandainya manusia diberi dua lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga. Tiadalah yang dapat memenuhi dalam perut manusia melainkan hanyalah tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.”

(HR. Bukhari no. 6436)

Justeru, bila diberi nikmat:

1. Yakinilah dalam hati bahawa ianya dari Allah ‘Azza wa Jalla biarpun engkau yang mengusahakannya.

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
‎﴿النحل: ٥٣﴾‏

Dan apa-apa nikmat yang ada pada kamu maka adalah ia dari Allah; (53)

An Nahl: 53

2. Agungkanlah Sang Pemberi Nikmat yakni Allah ‘Azza wa Jalla.

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ ‎﴿البقرة: ١٥٢﴾‏

Oleh itu ingatlah kamu kepadaKu (dengan mematuhi hukum dan undang-undangKu), supaya Aku membalas kamu dengan kebaikan; dan bersyukurlah kamu kepadaKu dan janganlah kamu kufur (akan nikmatKu). (152)

Al Baqarah: 152

3. Usahlah sekali-kali memandang rendah terhadap nikmat itu biarpun sekecil-kecil nikmat kerana ianya adalah pemberianNya.

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ‎﴿الضحى: ١١﴾‏

Adapun nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau sebut-sebutkan (dan zahirkan) sebagai bersyukur kepadaNya. (11)

Ad Dhuha: 11

4. Syukurilah dengan menggunakan nikmat itu untuk mendekat diri padaNya.

وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ ‎﴿النحل: ١١٤﴾‏


dan bersyukurlah akan nikmat Allah, jika benar kamu hanya menyembahNya semata-mata. (114)

An Nahl: 114




ABi
JIWA TARBAWI 794


Nafsu manusia memang akan sentiasa gemar kepada pujian manusia, walaupun ia tahu pujian Allah itu lebih utama...

Bila ilmu, pandangan dan amalan agamanya dirasakan hebat, nafsu akan ‘bergerak-gerak’ menuntut pujian dari manusia ...

Namun, sebaliknya bila ilmu, pandangan dan amalan yang sama mendapat celaan manusia, nafsunya akan jadi celaru dan hilang pengharapannya ...

Kalai itulah keadaan hati mu dan nafsu mu, bermakna engkau masih belum mencapai kedudukan ikhlas dalam beramal. Bahkan masih menyandarkan amalan engkau kepada kehebatan diri mu dan bukan kepada anugerah dan hidayah taufik dari Allah ta’ala ..


من علامات الاعتماد على العمل نقصان الرجاء عند وجود الزلل

Salah satu dari tanda-tanda menyandarkan kepada amalan ialah   kurangnya pengharapan ketika wujud ketegelinciran

– Ibnu Athaillah As Sakandry [ kitab Hikam ]

Justeru, berhati-hatilah dengan tipu daya nafsu dirimu sendiri...


ABi
JIWA TARBAWI 795

Bila engkau rasa jauh dari Allah ‘Azza wa Jalla …


Engkau yang sering lupakan Allah, maka Dia melupakan kau.

Sedangkan Dia akan sentiasa ingat hambaNya yang sentiasa ingatkannya.

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ ‎﴿البقرة: ١٥٢﴾‏

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (152)

Al Baqarah: 152

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ‎﴿الحشر: ١٩﴾‏

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. (19)

Al Hasyr: 19

Justeru, usahlah lalai dan cuai dari mengingatiNya, sehingga engkau dibiar mengurus dirimu sendiri.

اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو، فَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ


Ya Allah, hanya rahmatMu yang kuharapkan! Maka janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku sendiri meski pun sekelip mata, dan perbaikilah urusanku seluruhnya. (Sungguh) tidak ada Tuhan selain Engkau.

(HR Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban).





ABi
JIWA TARBAWI 796


Bila hati sukar menerima teguran biar pun ianya satu kebenaran, itu tanda telah bertunasnya benih kesombongan.


الكبر بطر الحق وغمط الناس

Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan memandang rendah manusia.

HR Muslim,131

Kerendahan diri (tawadhu’) bukanlah bererti kehinaan, tetapi ianya adalah ketinggian keperibadian.


وما تواضع أحد لله إلا رفعه الله عز وجل

Dan tidaklah seorang hamba bersifat tawadhu’ kepada Allah kecuali Allah 'Azza wa Jalla akan mengangkat derajatnya.

HR Ahmad, 8647


Justeru, belajarlah menerima kebenaran walau dari siapa pun, agar terhapus kesombongan dalam hatimu.



ABi
JIWA TARBAWI 797


Tidak semua perkara yang perlu diperagakan.

يقول الإمام الشافعي (رحمه الله):

ﺟﻮهر المرﺀ ﻓﻲ ﺛﻼث:

ﻛﺘﻤﺎنُ الفقـﺮ ﺣﺘﻰ ﻳﻈﻦَ ﺍﻟﻨﺎس ﻣﻦ ﻋﻔﺘﻚ أﻧﻚ ﻏﻨﻲ، وﻛﺘﻤﺎن اﻟغضب ﺣﺘﻰ ﻳﻈﻦ ﺍﻟﻨﺎس أﻧﻚ راض، وﻛﺘﻤﺎن الشدة ﺣﺘﻰ ﻳﻈﻦ ﺍﻟﻨﺎس أﻧﻚ ﻣﺘﻨﻌﻢ.
( البيهاقى، المناقب الشافعى ٢/١٨٨ )

Imam Syafie berkata:

"Kemuliaan jiwa seseorang ada pada tiga perkara:
- Menyembunyikan kefakiran hingga orang lain menyangka bahawa engkau berkecukupan.
- Menyembunyikan kemarahan hingga orang lain menyangka engkau redha.
- Menyembunyikan penderitaan hingga orang lain menyangka bahawa engkau hidup penuh kenikmatan."

(Al-Baihaqi, Manaqib Asy-Syafi'iy, 2/188).

Sayugianya perhitungan Allah ‘Azza wa Jalla yang perlu dikhuatiri.

وَإِن تُبْدُوا مَا فِي أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ اللَّهُ ..‎﴿البقرة: ٢٨٤﴾‏

Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, nescaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.

Al Baqarah: 284

Justeru, intailah pengawasan Allah ‘Azza wa Jalla, dan bukan kekaguman manusia.



ABi
JIWA TARBAWI 798


Di antara saat gembira dalam hidup ialah ketika diuji Allah ‘Azza wa Jalla. Itu tanda hidup HATI dan kenal TUHAN sehingga redha denganNya.

Gembira kerana saat
kematiannya tanpa dosa yang terhimpun.

Nabi ‎ bersabda,

مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ

“Ujian akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya mahupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.”
 
HR At-Tirmizi, 2399

Gembira kerana peluang dapat redha Allah ‘Azza wa Jalla.

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ،
فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ

“sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya, barangsiapa yang ridho (menerimanya) maka Allah akan meridhoinya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka kepadanya.”

HR. At-Tirmizi, 2396


Gembira kerana besarnya pahala yang dikumpul untuk akhirat.

Sabda Baginda ‎ lagi,

يَوَدُّ أَهْلُ الْعَافِيَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَّ جُلُودَهُمْ قُرِضَتْ بِالْمَقَارِيضِ مِمَّا يَرَوْنَ مِنْ ثَوَابِ أَهْلِ الْبَلاَءِ.

”Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya dipotong-potong dengan gunting ketika di dunia, kerana mereka melihat betapa besarnya pahala orang-orang yang tertimpa ujian di dunia.”

HR. Baihaqi, 6791


Namun, bukannya mudah untuk gembira ketika diuji.




ABi
JIWA TARBAWI 799


Perosak diri

إِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
Ta’ajub (kagum) dengan diri sendiri

⁃ HR At Thabarani

Justeru, jadilah orang yang baik, tapi bukannya merasa diri baik.



ABi
2024/09/29 17:29:03
Back to Top
HTML Embed Code: