Telegram Web Link
JIWA TARBAWI 712


Bila berzikir, biarlah dengan ingatan dan perasaan.

Ingat kepada siapa kita berzikir. Ditambah dengan kenal siapa yang kita berzikir.

Kemudian munculkanlah perasaan terhadap siapa kita berzikir.

Jika bertakbir (الله أكبر), maka muncul perasaan membesar dan mengagungkanNya.

Jika bertahmid (الحمدلله), maka muncul perasaan memuji-muji kemuliaan dan kesempurnaan sifatNya.

Jika beristighfar (أستغفرالله), maka timbul perasaan takut dan bimbang tentang dosa-dosa yang lalu yang telah dilakukan.

Oleh itulah, seorang yang benar-benar beriman bila teringatkan Allah ‘Azza wa Jalla, gementar hatinya kerana mengingati kebesaran dan keagungan Tuhannya.


إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّـهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ﴿الأنفال: ٢﴾

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (dan sifat-sifatNya) gementarlah hati mereka; dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman, dan kepada Tuhan mereka jualah mereka berserah.

Al Anfal: 2


Juga jadi tenang dan tenteram bila mengingati Allah, Tuhannya Yang Pemurah lagi Maha Penyayang, tempat pergantungan hatinya.

اللَّـهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّـهِ ذَٰلِكَ هُدَى اللَّـهِ يَهْدِي بِهِ مَن يَشَاءُ وَمَن يُضْلِلِ اللَّـهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ ﴿الزمر: ٢٣﴾

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.

Az Zumar: 23

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّـهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّـهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ﴿الرعد: ٢٨﴾

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Ar Ra’di :28

Juga bila mengingati Tuhannya dengan perasaan cinta dan rindu, serta rasa ketakutan terhadap dosa-dosanya yang telah lalu.

وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

seorang laki-laki yang berzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah kerana menangis.

HR Bukhari dan Muslim


Justeru, ingatilah DIA dengan penuh perasaan kerana itulah keadaan jiwa seorang HAMBA.



ABi
JIWA TARBAWI 713




Dalam kehidupan di dunia, belum ada lagi “zon selesa”.

يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ ﴿الإنشقاق: ٦﴾

Wahai manusia! Sesungguhnya engkau sentiasa berpenat-lelah (menjalankan keadaan hidupmu) dengan sedaya upayamu hinggalah (semasa engkau) kembali kepada Tuhanmu, kemudian engkau tetap menemui balasan apa yang engkau telah usahakan itu (tercatit semuanya)

Al Insyiqaq


Imam Qatadah berkata,

"Sesungguhnya jerih payahmu, hai anak Adam, benar-benar lemah. Maka barang siapa yang menginginkan jerih payahnya dicurahkan untuk ketaatan kepada Allah, hendaklah ia melakukannya, dan tiada kekuatan baginya untuk mengerjakan ketaatan kecuali dengan pertolongan Allah."

Selagi masih hidup di dunia, ianya sentiasa sarat dengan ujian dari Allah ta'ala.

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ﴿الكهف: ٧﴾

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.

Al Kahfi: 7

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا ﴿الانسان: ٢﴾

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

Al Insan: 2

Hidup di dunia penuh dengan "perjuangan" ... berlumba dan bersegera.

سَابِقُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّـهِ وَرُسُلِهِ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّـهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ وَاللَّـهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ ﴿الحديد: ٢١﴾

Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.

Al Hadid: 21

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿آل عمران: ١٣٣﴾

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

Ali 'Imran: 133

Hidup di dunia adalah masa untuk mencari bekalan sebanyak-banyaknya.

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ ﴿البقرة: ١٩٧﴾

Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

Al Baqarah: 197

"Zon selesa" hanya dapat dirasai bila sudah selamat dari neraka Allah dan berehat menikmati balasan rahmat Allah di syurga. Apabila sudah tidak ada lagi kebimbangan dan ketakutan, tiada lagi kesedihan, dan tiada penat lelah dan kelesuan lagi.

فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّـهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلَّاخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿آل عمران: ١٧٠﴾

Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Ali 'Imran: 170


وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّـهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ ۖ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ ﴿
٣٤﴾ الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِن فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ﴿٣٥﴾ ﴿فاطر: ٣٤-٣٥﴾

Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu".

Fathir: 34-35

Justeru, selagi engkau masih hidup di dunia, maka berjuanglah untuk akhiratmu.






ABi
JIWA TARBAWI 714



Kita tidak tahu dosa kita yang mana yang Allah ta’ala telah ampunkan ..

Begitu juga, amal ibadah kita yang mana yang Allah ta’ala telah terima ..

Justeru, seorang hamba hanya diperintah bersungguh-sungguh dalam memohon keampunan dan bersungguh-sungguh melakukan amal ibadah.

Kerana Dia, Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat.

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
﴿الحجر: ٤٩﴾

Khabarkanlah kepada hamba-hambaKu (wahai Muhammad), bahawa Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani (bagi mereka yang bertaubat dan beramal soleh).

Al Hijr: 49

وَأَنَّ اللَّـهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ﴿التوبة: ١٠٤﴾

Dan bahawa sesungguhnya Allah Dia lah Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani

At Taubah: 104

Dan Dia jua tidak akan mensia-siakan amal kebaikan hamba-hambaNya.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا ﴿الكهف: ٣٠﴾

Sebenarnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh sudah tetap Kami tidak akan menghilangkan pahala orang-orang yang berusaha memperbaiki amalnya.

Al Kahfi: 30

Sesungguhnya kerja mendidik dan mentarbiyyah adalah kerja para nabi dan rasul. Berada di atas jalan usaha dan kerja ini bererti meneruskan kerja untuk memastikan petunjuk dan hidayah berterusan berada di persada jiwa ummat.

Memanglah manusia tidak selalu menghargai usaha dan kesungguhan kita. Namun Allah ta’ala akan sentiasa melihat, menghargai dan membalasi amal, kesungguhan dan keikhlasan kita.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amalan kalian.”

HR Muslim, 4651

Teruskan perjuangan, sesungguhnya kamu adalah para wali penolong agama Allah yang dikasihi Allah ‘azza wa jalla.

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّـهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦٢﴾ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ ﴿٦٣

Ketahuilah! Sesungguhnya wali-wali Allah, tidak ada kebimbangan (dari sesuatu yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita. (62) (Wali-wali Allah itu ialah) orang-orang yang beriman serta mereka pula sentiasa bertaqwa. (63)

(Surah Yunus, 62-63)

Semoga istiqamah kita dengan jalan tarbiyyah ini akan menjadi sebab keampunan dosa-dosa dan sebab turunnya rahmah dan kasih sayang Allah kepada kita demi kebahagiaan hidup yang kekal di akhirat nanti.




ABi
Didikan untuk diri , yang berterusan di bulan-bulan haram ( Zulqaedah, Zulhijjah , Muharram dan Rejab )


إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّماَوَاتِ وَاْلأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ فَلاَتَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ أَنْفُسَكُمْ..الآية

Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah menganiaya diri dalam bulan yang empat itu

[At-Taubah/9: 36]

Al-Hafiz Ibnu Kathir di dalam tafsirnya telah menukilkan pendapat Ibn Abbas yang menyatakan bahawa setiap kezaliman yang dilakukan di dalam bulan-bulan Haram ini, dosanya adalah lebih besar berbanding bulan-bulan lain. Begitu juga, amal soleh yang dilakukan adalah lebih besar (pahala) berbanding bulan-bulan yang lain.

[Tafsir Ibn Kathir, 4:130]
 

الزمانُ قد استدارَ كهيئتِه يومَ خلقَ اللهُ السماواتِ والأرضَ ، السنةُ اثنا عشر شهرًا ، منها أربعةٌ حُرُمٌ ، ثلاثةٌ مُتوالياتٌ : ذو القَعدةِ وذو الحِجَّةِ والمُحرَّمُ ، ورجبُ مُضر ، الذي بين جُمادى وشعبانَ

“Waktu berputar sebagaimana keadaannya ketika Allah SWT menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri daripada dua belas bulan, daripadanya terdapat empat bulan yang haram (suci) iaitu tiga daripadanya mengikut turutan (Zul al-Kaedah, Zul al-Hijjah dan Muharram) dan yang keempat adalah Rejab terletak antara Jamadi al-Akhir dan Sya’ban”.

[ HR Bukhari dan Muslim ]

Adapun tentang larangan berbuat zalim pada ayat diatas, para ulamak salaf berbeza pendapat. Sebahagian mereka ada yang berpendapat bahawa yang dimaksud kezaliman adalah peperangan secara mutlak. Sebahagian mereka berkata –
dan ini yang lebih rajih– bahwa maksud dari kezaliman dalam ayat di atas ialah larangan memulakan peperangan. Ada juga ulamak yang berpendapat bahawa yang dimaksud dengan kezaliman di dalam ayat ialah berbuat dosa dan kemaksiatan.

Tentang tafsiran ayat,

فَلاَتَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ أَنْفُسَكُ

(“Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan itu.”) yakni di bulan-bulan haram ini kerana (menganiaya diri di bulan itu) lebih besar dosanya, sebagaimana berbuat maksiat di tanah haram lebih besar dosanya.

Ini bererti di bulan haram, dosa dilipatkan.

Ibnu `Abbas mentafsirkannya: “Dalam seluruh bulan.”

Muhammad bin Ishaq berkata: “Maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan-bulan itu.”Yakni, jangan menghalalkan apa yang diharamkan, dan mengharamkan apa yang dihalalkan


اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنﱠ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Tahukah kalian dengan kezaliman, karena sesungguhnya kezaliman itu merupakan kegelapan-kegelapan pada hari kiamat

Hadis Riwayat Muslim dan lainnya. Shahih al-Jami no 102

Ada 3 jenis kezaliman :

1. Zalim terhadap Allah ‘Azza wa Jalla

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّـهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
﴿لقمان: ١٣﴾

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنتَقِمُونَ
﴿السجدة: ٢٢﴾

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَن يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِن تَدْعُهُمْ إِلَى الْهُدَىٰ فَلَن يَهْتَدُوا إِذًا أَبَدًا ﴿الكهف: ٥٧﴾
Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّـهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَىٰ إِلَى الْإِسْلَامِ وَاللَّـهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ ﴿الصف: ٧﴾

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

2. Zalim terhadap diri sendiri

Ingatilah, doa Nabi Adam ‘alaihis salam dan isterinya ketika baginda kembali mengakui kezaliman dirinya kepada Allah Jalla wa ‘Azza kerana melanggar larangan NYA.

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿الأعراف: ٢٣﴾

Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.

Ini bererti, melakukan kefasikan dengan engkar melaksanankan perintah Allah dan melakukan kemaksiatan yang dilarang NYA adalah kezaliman terhadap diri sendiri.

3. Zalim terhadap makhluq lain.

Dalam hadis qudsi, Allah
Ta’ala berfirman:

يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا

“Wahai hambaKu, sesungguhnya Aku haramkan perbuatan zalim atas diriKu dan Aku haramkan kezaliman di antara kalian. Maka itu, janganlah kalian saling menzalimi.”

Rujuklah kepada surah Al Hujurat, yang memberi perintah dan larangan Allah dalam soalan hubungan sesama manusia. Usah sampai menjadi manusia penzalim kepada manusia yang lain.

Hendaklah kita menjaga diri dari do’anya orang-orang yang dizalimi, walaupun ia kafir atau fajir (jahat), kerana sesungguhnya do’anya dikabulkan oleh Allah (karena tidak ada penghalang antara dia dengan Allah).

Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

واتق دعوة المظلوم، فإنه ليس بينه وبين الله حجاب

“Dan takutlah akan doa orang yang dizalimi karena tidak ada satu penghalang pun di antara doanya dan Allah.”

(HR Al-Bukhari dan Muslim)


مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوْبَةَ مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ مِنَ الْبَغِى وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ

Tidak ada dari satu dosapun yang lebih pantas untuk dicepatkan siksanya bagi pelaku dosa itu baik di dunia maupun di akhirat daripada melewati batas (kezaliman) dan memutus silaturahim

HR Tirmizi, Abu Daud dan Ibnu Majah )


Adapun orang yang membantu orang-orang yang zalim di dalam kezaliman dan kesesatan mereka, apapun kedudukan orang-orang yang zalim itu, baik penguasa ataupun rakyat, maka ingatlah bahwa azab yang pedih pasti akan menunggu mereka.


وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللَّـهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ ﴿هود: ١١٣﴾

Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.


مَنْ أَعَانَ ظَالِمًا لِيُدْحِضَ بِبَاطِلِهِ حَقًّا, فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ ذِمَّةُ اللهِ وَرَسُوْلِهِ

Siapa membantu orang yang zalim, untuk menolak kebenaran dengan kebatilannya, maka sesungguhnya jaminan Allah dan RasulNya telah terlepas darinya” 

HR Hakim. Sahihul Jami’ no 6048

Juga disebutkan dalam hadis dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يحشر الخلق كلهم يوم القيامة البهائم و الدواب و الطير و كل شيء فيبلغ من عدل الله أن يأخذ للجماء من القرناء ثم يقول : كوني ترابا؛ فعند ذلك يقول الكافر: يَا لَيْتَنِي كُنتُ تُرَابًا
Semua makhluk akan dikumpulkan pada hari kiamat, binatang, hewan liar, burung-burung, dan segala sesuatu, sehingga ditegakkan keadilan Allah, untuk memindahkan tanduk dari hewan hewan bertanduk ke yang tidak bertanduk (lalu dilakukan qishas). Kemudian Allah berfirman, “Kalian semua, jadilah tanah.” Di saat itulah orang kafir mengatakan, “Andai aku jadi tanah.”

(HR. Hakim 3231 dan disahihkan Az Zahabi).


Justeru, jagailah dan peliharalah dirimu dari segala bentuk kezaliman.




ABi
JIWA TARBAWI 715




Hujan. Air. Al Quran. Ilmu.


Allah SWT berfirman:

أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا

Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu mengalirkan tanah-tanah lembah (dengan airnya) menurut kadarnya yang ditetapkan Tuhan untuk faedah makhlukNya,

(Surah al-Ra’d: 17)

Saidina Ibn ‘Abbas RA menafsirkan ayat ini dengan berkata:

Dia menurunkan daripada langit iaitu air…” iaitu al-Qur’an,

(
kemudian mengalir saliran pada lembah-lembah dengan kadarnya) beliau berkata:
“lembah-lembah bererti hati-hati para hamba.”

[Tafsir al-Qurtubi 9/259]


Imam Ibn Kathir dalam tafsirnya. pada ayat yang sama, beliau berkata:

Dia menurunkan daripada langit iaitu airkemudian mengalir saliran pada lembah-lembah dengan kadarnya”

Ia merupakan isyarat (makna) kepada hati-hati dan peringkat-peringkatnya yang berbeza. Antaranya, apa yang boleh mengandungi ilmu yang banyak, dan antaranya ialah apa yang tidak mampu mendapati ilmu yang banyak bahkan menjadi sempit terhadapnya.

Justeru, jiruslah hati mu dengan Al Quran dan ilmu agar ianya terus subur dan menumbuhkan pelbagai pohonan yang segar yang membuahkan kebaikan dan kemuliaan dalam dirimu.





ABi
JIWA TARBAWI 716


Manusia sering kembali kepada dosa dan maksiat biar pun sudah berulang kali bertaubat dan beristighfar...

Manusia sering kali amalan dan ibadahnya tidak istiqamah biar pun sudah berulang kali berazam untuk istiqamah....

Manusia selalu benar ditipu dan kalah dek kelicikan syaitan dan nafsu biar pun sudah berulang kali mengisytiharkan perang pada kedua-duanya....

Justeru ...

Ingatilah kematian sebagai pintu awal untuk menemuiNya ...

‎عن صفية رضي الله عنها : أن امرأة أتت عائشة لتشكو إليها القسوة، فقالت: أكثري ذكر الموت، يرق قلبك وتقدرين على حاجتك، قالت: ففعلت، فآنست من قلبها رشدا، فجاءت تشكر لعائشة رضي الله عنها

Shafiyah radhiyaAllahu 'anha bercerita, “Seorang wanita mengadu kepada Aisyah ra. tentang kekerasan hatinya. Lalu Aisyah memberi saran, ‘Perbanyaklah mengingat kematian, niscaya hatimu akan lembut.’ Lalu wanita itu melaksanakan saran Aisyah, sehingga hatinya menjadi lembut. Kemudian ia datang berterima kasih kepada Aisyah.”

Tidak cukup bertaubat dan beristighfar, bahkan takutlah padaNya.

قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ ﴿الزمر: ١٣﴾

Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar jika aku durhaka kepada Tuhanku".

az-Zumar ayat 13

Takutlah dengan azabNya.

رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ اللَّـهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ ﴿النور: ٣٧﴾

laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.

al-Nur : 37

أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا ﴿الإسراء: ٥٧﴾

Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.

Al Isra' : 57

Bimbangilah pertemuan denganNya.

إِنَّا نَخَافُ مِن رَّبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا ﴿الانسان: ١٠﴾

Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.

al-Insan: 10

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٤٠﴾ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ ﴿٤١﴾ ﴿النازعات: ٤٠-٤١﴾

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,(40) maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).(41)

An Naziaat : 40-41

Yakinilah pertemuan denganNya untuk kehidupan tanpa penghujung nanti.

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ ﴿٤٥﴾الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿٤٦﴾

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',(45) (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.(46)

Al Baqarah : 45-46

Bersungguh-sungguhlah hingga akhir hayat kerana di situlah ada keyakinan.

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ ﴿٩٩﴾

dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).

Al Hijr : 99


Suatu masa ada seorang badwi datang kepada Sayyidina Ali ra dan bertanya,

'Wahai Ali, aku ini banyak membuat dosa, apa perlu aku buat ?'.

Jawab Sayyidina Ali, 'Bertaubatlah!'.

Dengan gembira si badwi itu pun beredar. Selang beberapa hari dia datang kembali kepada Sayyidina Ali bertanya lagi.

'Aku berbuat dosa lagi, apa perlu aku buat...?'.

Jawab Sayidina Ali, 'Bertaubatlah....!'.

Si badwi itu termenung sebentar, tetapi Sayyidina Ali segera memberi isyarat dan memberi semangat kepadanya. Merasa puas dengan jawapan itu, lalu ia beredar.
Selepas beberapa minggu si badwi itu tiba-tiba muncul kembali mengadap Sayyidina Ali ra. Lalu dia bertanya lagi sekali soalan yang sama seperti sebelumnya. Dengan tenang Sayidina Ali menjawab, jawapan yang sama seperti dahulu. Kerana tiada jawapan lain yang diberi dia beredar dengan keadaan sedikit kecewa.

Namun belum pun jauh dia beredar, dia berpatah balik kepada Sayyidina Ali lalu bertanya,

'Sampai bila perlu untuk aku berbuat dosa..., kemudian taubat lagi....?'.

Lalu Sayyidina Ali menjawab, '.....sampai yang putus asa adalah syaitan.., bukan kamu!!'.


Justeru, usah lemah dan kecewa untuk terus bertaubat dan beramal sehinggalah engkau bertemu denganNya, Tuhan Penerima Taubat.





ABi
JIWA TARBAWI 717




Alangkah terangnya mata hati hamba-hamba yang terpilih dalam mengenali Allah. Mereka diutus oleh Allah ta’ala. Mereka mengajak manusia mengenal, mentauhid dan menyembahNya. Mereka juga diuji olehNya dengan pelbagai mehnah.

Namun makrifah hati mereka padaNya menjadikan mereka sentiasa tsiqah percaya denganNya.

1. إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿هود: ٤١﴾

Nabi Nuh AS berkata, "Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani."

2. إِنَّ رَبِّي عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ ﴿هود: ٥٧﴾

Nabi Hud AS berkata, "Sesungguhnya Tuhanku Maha Berkuasa dalam mengawal dan memelihara segala sesuatu."

3. إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ ﴿هود: ٦١﴾

Nabi Soleh AS berkata, "Sesungguhnya Tuhanku sentiasa dekat dan sentiasa memperkenan permohonan hambanya."

4. إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ ﴿ابراهيم: ٣٩﴾

Nabi Ibrahim AS berkata, " Sesungguhnya Tuhanku Maha Mendengar doa permohonan."

5. إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَدُودٌ ﴿هود: ٩٠﴾

Nabi Syua'ib berkata, "Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."

6. إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِّمَا يَشَاءُ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ ﴿يوسف: ١٠٠﴾

Nabi Yusuf AS berkata, "Sesungguhnya Tuhanku lemah lembut tadbir-Nya bagi apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

7. إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ ﴿الشعراء: ٦٢﴾

Nabi Musa AS berkata, "Sesungguhnya Tuhanku tetap sentiasa bersamaku dan Dia akan memberi petunjuk jalan yang selamat."

8. فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ ﴿النمل: ٤٠﴾

Nabi Sulaiman AS berkata, "Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."


Malik ibn Dinar, seorang tabi’ien berkata,

خرج أهل الدنيا من الدنيا، ولم يذوقوا أطيب شيء فيها،

" Penduduk dunia mati meninggal dunia tanpa merasai perkara yg paling enak dan terbaik di dunia."

قالوا: وما هو يا أبا يحيى؟

Mereka bertanya, "Apa dia perkara tersebut wahai Abu Yahya?"

قال: معرفة الله..

Dia menjawab, "Mengenali Allah SWT."

اللهم نوِّر قلبي بنور معرفتك

Ya Allah cahayakanlah hatiku dengan cahaya makrifat mengenaliMu

يا رب ثبِّت قلبي على دينك وعلى طاعتك

Wahai Tuhan, perkukuhkan hatiku atas agamaMu dan ketaatan kepadaMu,


amin.




ABi




ABi
JIWA TARBAWI 718



Rasailah sentuhan lembut Zat Yang Maha Lembut (اللطيف).


Allah Yang Maha Lembut (
اللطيف ) menyentuh lembut jiwa hamba-Nya dalam melimpahkan rahmat kasih sayangNya, mencurahkan taufiq dan hidayahNya, mendidik dan membentuk jiwa hambaNya, memperkukuhkan jiwa hambaNya untuk tegak istiqamah di jalanNya.

ٱللَّـهُ لَطِيفٌۢ بِعِبَادِهِۦ

Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya

As Syura : 19


Allah ta'ala sentiasa berlaku baik kepada hamba-hambaNya secara yang mereka sendiri tidak sedari. Disebabkan halus dan lembut sentuhan dan pendekatanNya pada hambaNya.

Apabila Dia memudahkan seorang hamba itu menjalani hidup di atas kebaikan dan membantunya untuk dapat berbuat kebaikan, sesungguhnya Dialah Yang Maha Lembut (
اللطيف ).

Apabila Dia menolak seorang hamba itu daripada keburukan dan kejahatan, sesungguhnya Dialah Yang Maha Lembut (
اللطيف ).

Apabila Dia memberi petunjuk untuk mengeluarkan hambaNya dari kegelapan kejahilan, kekufuran, bid'ah dan maksiat kepada cahaya ilmu, keimanan dan ketaatan, sesungguhnya Dialah Yang Maha Lembut (
اللطيف ).

Ketika seorang hambaNya kembali mengadu kelemahan dan kesilapannya, kejahilan dan kealpaannya, dosa dan keburukan nafsunya, Dia Maha Lembut (اللطيف), dalam menerima hambaNya kembali lalu mengasuhnya agar dapat kembali pasrah dalam ubudiyyah kehambaan kepadaNya.

Apabila Dia melimpahkan kebaikan kepada hambaNya, memelihara hambaNya daripada keburukan, melalui jalan-jalan yang tersembunyi sehingga tidak disedari oleh hambaNya, melimpahkan rezekiNya kepada seorang hamba walaupun ia tidak meminta, semuanya adalah di antara tanda-tanda sentuhan kelembutan (
لطيف ) Allah 'Azza wa Jalla Yang Maha Lembut ( اللطيف ).

اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ (١٩)

Allah Maha Lembut tadbirNya (serta melimpah-limpah kebaikan dan belas kasihanNya) kepada hamba-hambaNya; Ia memberi rezeki kepada sesiapa yang dikehendakiNya (menurut peraturan yang telah ditetapkan), dan Dia lah Yang Maha Kuat, lagi Maha Kuasa.

Syura : 19

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّـهَ أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَتُصْبِحُ الْأَرْضُ مُخْضَرَّةً إِنَّ اللَّـهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ ﴿الحج: ٦٣﴾

Tidakkah engkau melihat bahawa Allah telah menurunkan hujan dari langit, lalu menjadilah bumi ini hijau subur (dengan sebabnya)? Sesungguhnya Allah Maha Halus serta lemah-lembut (urusan tadbirNya), lagi Maha Mendalam pengetahuanNya (akan hal-ehwal sekalian makhlukNya).

Al Hajj: 63

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ ﴿الملك: ١٤﴾

Tidakkah Allah yang menciptakan sekalian makhluk itu mengetahui (segala-galanya)? Sedang Ia Maha Halus urusan PentadbiranNya, lagi Maha Mendalam PengetahuanNya!

Al Mulk: 14


Justeru, sediakanlah hati dan jiwa mu untuk kelembutan sentuhan rahmat Tuhanmu (اللطيف).





ABi
JIWA TARBAWI 719


Di antara gambaran Perjalanan Rasulullah ‎ﷺ yang diperlihatkan dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj.



سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ  

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

( Al-Isra’: 1).  

Pada kalimat( سُبْحَانَ الَّذِي ), Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan, kalimat (سبحان) di sini menunjukkan keagungan Allah ta’ala. Hanya Allah saja yang mampu menjalankan Nabi Muhammad ﷺ dari Makkah ke Palestin dan Palestin sampai langit ke-7 hanya dalam waktu tidak sampai satu malam. Bahkan dalam satu riwayat mengisahkan, setelah Nabi Muhammad sallallahu 'alaihi wa sallam melakukan isra’ mi’raj, tempat tidurnya masih hangat dan tempayan bekas Nabi melakukan wudhu tadi belum sampai kering. Ini adalah keajaiban yang luar biasa. Hanya Allah yang dapat melakukan yang mana bumi dan seisinya di bawah kendali-Nya. Keajaiban yang mengkagumkan tersebut sangat sesuai jika memakai kata subhana.

Tentang (سبحان), Ibnu Katsir mengatakan:  

يُمَجِّدُ تَعَالَى نَفْسَهُ، وَيُعَظِّمُ شَأْنَهُ، لِقُدْرَتِهِ عَلَى مَا لَا يَقْدِرُ عَلَيْهِ أَحَدٌ سِوَاهُ، فَلَا إِلَهَ غَيْرُهُ  

“Allah ta’ala mengagungkan Dzat-Nya sendiri, mengagungkan keadaan-Nya, karena kekuasaan-Nya atas sesuatu yang tidak mampu dilakukan siapa pun selain Dia. Tiada Tuhan selain Dia.”

(Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir).  

Ats-Tsa’labi menyatakan bahwa kalimat (سبحان) berarti kalimat ta’ajjub  

وَيَكُوْنُ سُبْحَانَ بِمَعْنَى التَّعَجُّب  

“Subhana di ayat ini mempunyai arti sebuah keajaiban yang menakjubkan.”

(Tafsir Ats-Tsa’labi, juz 6, hlm. 54).  

Banyak juga ulama yang menjelaskan, (سبحان) pada ayat ini mempunyai makna penyucian dari segala kekurangan. Apabila dalam menjejaki kemampuan Allah dalam memperjalankan Nabi Muhammad ‎
pada malam hari dengan acuan akal yang terbatas sehingga Allah ta'ala dianggap tidak mampu, maka Allah ta'ala disucikan dari anggapan yang seperti demikian ini.  


Gambaran Balasan Akhirat yang Diperlihatkan kepada Rasulullah ‎ﷺ ketika Isra’ Mi‘raj



رَأَيْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي رِجَالًا تُقْرَضُ شِفَاهُهُمْ بِمَقَارِيضَ مِنْ نَارٍ، فَقُلْتُ: يَا جِبْرِيلُ مَنْ هَؤُلَاءِ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ خُطَبَاءُ مِنْ أُمَّتِكَ، يَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ، وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ، وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا يَعْقِلُونَ

“Pada malam diisra’kan, aku melihat sejumlah laki-laki yang digunting bibirnya dengan gunting api. Aku bertanya (pada Jibril), ‘Wahai Jibril, siapakah mereka?’ Ia menjawab, ‘Mereka adalah para khatib dari kalangan umatmu. Mereka memerintah kebaikan pada orang lain, namun mereka sendiri lupa akan dirinya sendiri. Mereka membaca Al-Qur’an, apakah mereka tidak memikirkannya?’”

(HR. Ahmad).

رَأَيْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي لَمَّا انْتَهَيْنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَنَظَرْتُ فَوْقِي فَإِذَا أَنَا بِرَعْدٍ وَبَرْقٍ وَصَوَاعِقَ قَالَ: وَأَتَيْتُ عَلَى قَوْمٍ بُطُونُهُمْ كَالْبُيُوتِ فِيهَا الْحَيَّاتُ تُرَى مِنْ خَارِجِ بُطُونِهِمْ فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ هَؤُلَاءِ أَكَلَةُ الرِّبَا

“Pada malam diisra'kan, ketika sampai di langit ke tujuh, aku melihat ke atasku. Ternyata aku melihat halilintar, kilat, dan petir. Kemudian, aku diperlihatkan pada suatu kaum yang perutnya (besar) seperti rumah yang penuh dengan ular dan ular-ular itu terlihat dari luar. Aku bertanya (pada Jibril), ‘Siapakah mereka, Jibril?’ Ia menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang suka makan hasil riba.’ Demikian yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah.  

Sementara dalam riwayat Samurah ibn Jundab, orang yang suka makan riba digambarkan dengan seorang laki-laki yang berenang di suatu sungai, dan mulutnya dipenuhi dengan batu.
Demikian sebagaimana yang diceritakan Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam.  

رَأَيْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي رَجُلًا يَسْبَحُ فِي نَهَرٍ وَيُلْقَمُ الْحِجَارَةَ، فَسَأَلْتُ مَا هَذَا، فَقِيلَ لِي: آكِلُ الرِّبَا  

“Pada malam diisra'kan, aku melihat seorang laki-laki yang berenang di sebuah sungai, dan disuapi dengan batu. Setelah aku tanyakan, disampaikan kepadaku, ‘Itu adalah orang yang suka makan riba,’”

(HR. Ahmad).

Pemandangan mengerikan juga diperlihatkan kepada Rasulullah ‎
sebagai gambaran balasan orang yang suka makan harta orang lain secara zalim, terutama harta anak yatim. Itu terlihat jelas dalam riwayat Abu Said al-Khudri. Dikisahkan oleh Rasulullah ‎ :  

رَأَيْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي قَوْمًا لَهُمْ مَشَافِرُ كَمَشَافِرِ الْإِبِلِ وَقَدْ وُكِّلَ بِهِمْ مَنْ يَأْخُذُ بِمَشَافِرِهِمْ ثُمَّ يَجْعَلُ فِي أَفْوَاهِهِمْ صَخْرًا مِنَ النَّارِ يَخْرُجُ مِنْ أَسَافِلِهِمْ فَقُلْتُ يَا جِبْرِيلُ مَنْ هَؤُلَاءِ: فَقَالَ: هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْمًا  

“Pada malam diisra'kan, aku melihat suatu kaum yang memiliki bibir seperti bibir unta. Di tengah mereka ada seorang yang dipercaya menarik bibir tersebut. Kemudian, ke mulut mereka dimasukkan batu dari neraka, dan batu itu keluar dari bawah mereka. Aku tanyakan, ‘Siapa mereka, Jibril?’ Ia menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang suka makan harta anak yatim secara zalim.’”

(Lihat: Tafsir Ath-Thabari, jilid 7, hal. 27)  

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: قلنا: يا رسول الله، ثنا مَا رَأَيْتَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِكَ؟ قَالَ: رَأَيْتُ أُمَّتِيَ ضَرْبَيْنِ، ضَرَبٌ عَلَيْهِمْ ثِيَابٌ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ الْقِرْطَاسِ، وَضَرَبٌ عَلَيْهِمْ ثِيَابٌ رَمَدٌ، فَقُلْتُ: يَا جِبْرِيلُ، مَنْ هَؤُلاءِ؟ قَالَ: أَمَا أَصْحَابُ الثِّيَابِ الرَّمَدِ: فَإِنَّهُمْ خَلَطُوا عَمَلا صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا.  

“Aku melihat umatku menjadi dua golongan. Satu golongan yang mengenakan pakaian seperti kertas yang sangat putih. Segolongan mengenakan pakaian berwarna kelabu. Aku lantas menanyakannya, ‘Ya Jibril, siapakah mereka?’ Ia menjawab, ‘Adapun orang-orang yang mengenakan pakaian abu-abu adalah mereka yang suka mencampuradukkan amal baik dengan amal buruk.’”

(Lihat Tafsir Ibnu Hatim, jilid 6, hal. 1874).

Namun, di samping pemandangan mengerikan dan kurang menyenangkan, terdapat pula pengalaman menyenangkan dan menggembirakan siapa pun yang mendengar kisahnya. Salah satunya yang diriwayatkan oleh Ubay ibn Ka‘b. Dalam riwayat tersebut, dikisahkan tercium bauan yang sangat wangi. Dari manakah bauan tersebut? Sebagaimana yang dikhabarkan malaikat Jibril, bauan itu berasal dari perkuburan Masyitah, seorang wanita yang berjuang mempertahankan keimanannya dan menghadapi penyiksaan Raja Firaun yang zalim di atas kawah panas. Demikian kisah yang dituturkan Rasulullah sallahu ‘alaihi wasallam.    

أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: شَمَمْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي رَائِحَةً طَيْبَةً، فَقُلْتُ: يَا جِبْرِيلُ مَا هَذِهِ الرِّيحُ الطَّيِّبَةُ؟ قَالَ: هَذَا رِيحُ قَبْرِ الْمَاشِطَةِ وَابْنَتِهَا وَزَوْجِهَا  

“Pada malam di-isra-kan, aku mencium bauan yang sangat wangi. Aku tanyakan, ‘Jibril, wangi apakah ini?’ Ia menjawab, ‘Ini wangi kuburan masyithah, puteri, dan suaminya”

(HR. Ath-Thabrani).

Peristiwa Mi’râj.

"Baginda ‎
dibawa naik melewati beberapa langit. Pada setiap langit, Malaikat Jibril minta agar dibukakan pintu langit lalu ia ditanya: “Siapakah yang bersamamu?” Jibril Alaihissallam menjawab,”Muhammad,” penghuni langit itupun menyambutnya. Di langit dunia, Nabi Muhammad ‎ berjumpa dengan Nabi Adam Alaihissallam, di langit kedua berjumpa dengan Nabi Isâ Alaihissallam dan Nabi Yahya Alaihissallam, di langit ketiga berjumpa dengan Nabi Yûsuf Alaihissallam, di langit keempat dengan Nabi Idris Alaihissallam, di langit kelima dengan Nabi Hârûn Alaihissallam, di langit keenam dengan Nabi Musâ Alaihissallam, dan di langit ketujuh berjumpa dengan Nabi Ibrâhîm Alaihissallam yang sedang bersandar pada Baitul-Ma’mûr.
Kemudian Rasulullah ‎ melanjutkan perjalanan sampai ke Sidratul-Muntahâ (langit tertinggi). Di sinilah, Allah Azza wa Jalla mewajibkan kepada Nabi Muhammad ‎ dan umatnya untuk menegakkan shalat 50 kali sehari semalam. Akan tetapi dalam perjalanan kembali dari mi’râj ini, ketika sampai di tempat Nabi Musâ Alaihissallam, beliau ‎ ditanya: “Apa yang telah diwajibkan Rabbmu atas umatmu?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab pertanyaan ini, sehingga Musâ Alaihissallam meminta kepada Nabi Muhammad ‎ untuk kembali menghadap Allah dan minta keringanan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan saran itu, dan Allah Azza wa Jalla pun berkenan memberi keringanan. Ketika Rasulullah ‎ hendak kembali dan berjumpa dengan Nabi Musâ Alaihissallam, beliau Alaihissallam meminta Rasulullah Muhammad ‎ agar meminta keringanan lagi, dan saran itu pun dilaksanakan Rasulullah ‎ sampai Allah Azza wa Jalla berkenan memberi keringanan. Hingga akhirnya, kewajiban shalat itu hanya lima kali sehari semalam. Setelah itu, ketika Nabi Musâ Alaihissallam meminta Nabi Muhammad ‎ memohon keringanan lagi, maka Rasulullah ‎ berkata: “Aku sudah memohon kepada Rabbku sehingga aku merasa malu,” lalu terdengar suara: “Aku telah menetapkan yang Aku fardhukan, dan Aku telah memberikan keringanan kepada para hamba-Ku” .

HR Al-Bukhâri dalam al-Fath, 13/24, no. 3207. Muslim, 1/149, no. 163




Sesungguhnya segalanya benar.



Justeru, jadilah mukmin yang membenarkan segalanya itu dengan hati, ucapan dan perbuatanmu.





ABi
JIWA TARBAWI 720



Keutamaan duduk dalam majlis ilmu.


عن عبد الله بن عمرو أن رسول الله صلى الله عليه وسلم مر بمجلسين في مسجده فقال كلاهما على خير واحدهما أفضل من صاحبه أما هؤلاء فيدعون الله ويرغبون اليه فإن شاء أعطاهم وإن شاء منعهم وأما هؤلاء فيتعلمون الفقه والعلم ويعلمون الجاهل فهم أفضل وإنما بعثت معلما قال ثم جلس فيهم.
(رواه الدارمي،٣٥٢)

Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata, “ Pada suatu hari Rasulullah ‎
keluar dari salah satu kamar Baginda untuk menuju masjid. Di dalam masjid Baginda mendapati dua kelompok sehabat. Kelompok pertama adalah adalah golongan orang yang sedang membaca Al-Qur’an dan berdo’a kepada Allah SWT. Sementara itu kelompok kedua adalah golongan orang yang sedang sibuk mempelajari dan mengajarkan ilmu pengetahuan. Nabi ‎ kemudian bersabda, masing-masing kelompok sama-sama berada dalam kebaikan. Terhadap yang sedang membaca Al-Qur’an dan berdo’a kepada Allah, maka Allah akan mengabulkan do’a mereka jika Dia menghendaki, begitupun sebaliknya do’a mereka tidak akan diterima oleh Allah jika Dia tidak berkenan mengabulkan do’a tersebut. Adapun terhadap golongan yang belajar mengajar, mereka sedang mempelajari ilmu dengan mengajar orang yang belum tahu. Mereka lebih utama. Maka ketahuilah sesungguhnya aku ini diutus untuk menjadi seorang pengajar (guru) kemudian Baginda ikut bergabung bersama mereka.

(HR. Ad-Darimi, 352)


Justeru, usahakanlah untuk duduk dalam majlis ilmu kerana Rasulullah juga memilih untuk duduk dalam majlis ilmu.

اللهم صلّ على سيدنا محمد وآل سيدنا محمد .






ABi
JIWA TARBAWI 721




Hati-hati dengan saksi-saksi amalan dan perlakuan manusia..


وَمَا كُنتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَن يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَـٰكِن ظَنَنتُمْ أَنَّ اللَّـهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِّمَّا تَعْمَلُونَ ﴿
٢٢

Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.

Fussilat : 22

Imam Qatadah berkata,


والله إن عليك يا ابن آدم لشهودا غير متهمة من بدنك, فراقبهم واتق الله في سر أمرك وعلانيتك, فإنه لا يخفي عليه خافية, الظلمة عنده ضوء, والسر عنده علانية, فمن استطاع أن يموت وهو بالله حسن الظنّ فليفعل, ولا قوّة إلا بالله.

Qatadah berpesan: “Wahai anak Adam, demi Allah, ada saksi-saksi yang tidak diragukan di tubuhmu, maka waspadailah mereka. Takutlah kepada Allah dalam keadaan tersembunyi ( dari pandangan manusia ) mahupun nampak ( pada pandangan mereka), kerana sesungguhnya tidak ada yang tersembunyi dariNya. BagiNya, kegelapan adalah cahaya, dan yang tersembunyi sama saja dengan yang nampak. Sehingga, barang siapa yang boleh meninggal dalam keadaan husnuzhan (berbaik sangka) kepada Allah, hendaklah ia melakukannya, dan tidak ada kekuatan kecuali dengan izin Allah”.

( Tafsir Thabari )




ABi
JIWA TARBAWI 722



Bila dunia sudah tidak ada makna dan harganya lagi ..


وَلَوْ أَنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لَافْتَدَوْا بِهِ مِن سُوءِ الْعَذَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَبَدَا لَهُم مِّنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ ﴿الزمر: ٤٧﴾

Dan sekiranya orang-orang zalim itu mempunyai segala apa jua yang ada di bumi, disertai sebanyak itu lagi, tentulah mereka rela menebus diri mereka dengannya daripada azab seksa yang buruk pada hari kiamat, setelah jelas nyata kepada mereka dari (hukum) Allah, azab yang mereka tidak pernah fikirkan.

Az Zumar : 47

وَالَّذِينَ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُ لَوْ أَنَّ لَهُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لَافْتَدَوْا بِهِ أُولَـٰئِكَ لَهُمْ سُوءُ الْحِسَابِ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ ﴿الرعد: ١٨﴾

dan orang-orang yang ingkar yang tidak menyahut seruanNya, kalaulah mereka mempunyai segala apa jua yang ada di bumi disertai dengan sebanyak itu lagi, tentulah mereka rela menebus diri dengannya. mereka itu disediakan baginya hitungan hisab yang seburuk-buruknya, serta tempat kembali mereka ialah neraka jahanam; dan amatlah buruknya tempat tinggal itu.

Ar Ra'd : 18

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَن يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِم مِّلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَىٰ بِهِ أُولَـٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُم مِّن نَّاصِرِينَ ﴿آل عمران: ٩١﴾

Sesungguhnya orang-orang yang kafir, lalu mati sedang mereka tetap kafir, maka tidak sekali-kali akan diterima dari seseorang di antara mereka: emas sepenuh bumi, walaupun ia menebus dirinya dengan (emas yang sebanyak) itu. Mereka itu akan mendapat azab seksa yang tidak terperi sakitnya, dan mereka pula tidak akan beroleh seorang penolong pun.

Ali 'Imran : 91


Benarlah Rasulullah ‎ﷺ tatkala Baginda bersabda:

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كَانَتْ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ

Dari Sahl bin Sa'ad RA dia berkata bahwa Rasulullah ‎
bersabda:

"
Seandainya dunia itu di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk tentu Allah tidak mahu memberi orang orang kafir walaupun hanya seteguk air. "

HR Tirmizi, 2242






ABi
JIWA TARBAWI 723


Alangkah beruntungnya hidup seorang HAMBA yang dapat merasai sentuhan IRADAH (kehendak) Allah dalam kehidupannya ..


مَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ ( الأنعام ؛ ١٢٥)

Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa pada orang-orang yang tidak beriman.

Al An’am : 125

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam masalah agama (ini).”

(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Disebutkan dalam hadis yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan lainnya, bahwa Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إذا أراد الله بعبد خيرا استعمله قيل : ما يستعمله ؟ قال : يفتح له عملا صالحا بين يدي موته حتى يرضي عليه من حوله

Apabila Allah mengkehendaki kebaikan kepada seorang hamba, Allah jadikan ia beramal.” Lalu para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dijadikan dia beramal?” Maka Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dibukakan untuknya amalan saleh sebelum meninggalnya sehingga orang-orang yang berada di sekitarnya redha kepadanya.”

Juga dalam hadis yang lain, sabda Rasulullah ‎
:

إذا أراد الله بعبد خيرا زهده في الدنيا ، ورغبه في الآخرة ، وبصره بعيوب نفسه ( رواه أبو منصور الديلمي )

Apabila Allah mengkehendaki kebaikan bagi seseorang hamba, Ia menjadikannya zuhud di dunia, Ia menjadikannya cenderung kepada akhirat, dan Ia menampakkannya akan keaiban-keaiban dirinya .

HR Abu Mansur Ad Dailami

Benarlah sabdaan Baginda ‎
:

طوبى لمن شغله عيبه عن عيوب الناس ( أخرجه الديلمي )

"Beruntunglah bagi siapa yang keburukan aibnya menyibukkannya daripada keburukan aib manusia "

HR Ad Dailami




ABi
JIWA TARBAWI 724



Ramadhan Sebagai Perawat Jiwa Mukmin



Pengertian JIWA

4 komponen utama yang membentuk JIWA manusia:

1. Ar Ruh ( الروح )

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ ﴿السجدة: ٩﴾

Kemudian Ia menyempurnakan kejadiannya, serta meniupkan padanya: roh ciptaanNya. Dan Ia mengurniakan kepada kamu pendengaran dan penglihatan serta hati (akal fikiran), (supaya kamu bersyukur, tetapi) amatlah sedikit kamu bersyukur.

As Sajadah: 9

Dengan roh, segala kemampuan manusia seperti mendengar, melihat, berfikir dan yang lainnya diaktifkan.

2. An Nafs ( النفس )

Apabila roh ditiup masuk ke dalam jasad manusia, maka terbentuklah nafsu yang menginginkan pelbagai kemahuan untuk jasad manusia.

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا ﴿
٧﴾ ﴿الشمس: ٧﴾

Demi diri manusia dan Yang menyempurnakan kejadiannya (dengan kelengkapan yang sesuai dengan keadaannya);

As Syams : 7

3. Al Qalb ( القلب )

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati.

HR Bukhari, 50

Hati menjadi pusat diri manusia, yang terisi dengan pelbagai kebaikan seperti hidayah, ilmu, keyakinan, keimanan, ketaqwaan, sifat-sifat mahmudah dan lainnya. Atau pun hati juga terisi dengan segala kejahatan dan keburukan seperti kesesatan, kejahilan, kufur, syirik, nifaq, sifat-sifat mazmumah dan yang lainnya.

Imam Al Ghazali mensifatkan hati sebagai :

ملِكٌ مُطاعٌ ورَئيسٌ مُتَّبَع

"Raja yang ditaati, pemimpin yang diikuti ".

4. Al 'Aql ( العقل )

لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ ﴿البقرة: ١٦٤﴾

sesungguhnya (pada semuanya itu) ada tanda-tanda (yang membuktikan keesaan Allah kekuasaanNya, kebijaksanaanNya, dan keluasan rahmatNya) bagi kaum yang (mahu) menggunakan akal fikiran.

Al Baqarah : 164

Aqal menjadi alat penting dalam diri manusia dalam membezakan antara dan buruk. Juga dalam mengenal tanda-tanda kebesaran dan keesaan Allah ta'ala yang ad pada ciptaan langit dan bumi. Juga memahami syariat yang berupa perintah dan larangan Allah ta'ala dan panduan hidup yang terdapat dalam Al Quran dan Sunnah Ar Rasul ‎
.

Kenapa perlukan rawatan?

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Tidak ada seorang anak pun yang terlahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fithrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi

HR Bukhari, 1271

Fitrah yang berupa makrifah ( kenal Allah ) dan syahadah ( persaksian ) yang telah ada dalam roh manusia di alam arwah, boleh dipengaruhi dan dirosakkan oleh persekitaran hidupnya samaada ibubapanya, kawan-kawan, pendidikan, pergaulan dan sebagainya.

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿يوسف: ٥٣﴾

"Dan tiadalah aku berani membersihkan diriku; sesungguhnya nafsu manusia itu sangat menyuruh melakukan kejahatan, kecuali orang-orang yang telah diberi rahmat oleh Tuhanku (maka terselamatlah ia dari hasutan nafsu itu). Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani."

Yusuf: 53

Kecenderungan nafsu kepada syahwat, yang tidak terkendali oleh hati, sering membawa kerosakan dan menjadikan hati menjadi berpenyakit.

فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ ﴿البقرة: ١٠﴾

Dalam hati mereka (golongan yang munafik itu) terdapat penyakit (syak dan hasad dengki), maka Allah tambahkan lagi penyakit itu kepada mereka; dan mereka pula akan beroleh azab seksa yang tidak terperi sakitnya, dengan sebab mereka berdusta (dan mendustakan kebenaran).

Al Baqarah : 10

Hati sering dirosakkan oleh penyakit-penyakit syubhat seperti kejahilan, kesesatan, keraguan, syirik, kufur dan seumpamanya.
Juga oleh penyakit-penyakit syahwat seperti kufur nikmat, takabbur, hasad, riya', 'ujub dan seumpamanya.

إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِندَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ ﴿الأنفال: ٢٢﴾

Sesungguhnya sejahat-jahat makhluk yang melata, pada sisi (hukum dan ketetapan) Allah, ialah orang-orang yang pekak lagi bisu, yang tidak mahu memahami sesuatupun (dengan akal fikirannya).

Al Anfal : 22

Biar pun, aqal adalah alat yang baik dalam diri manusia, ianya perlu diisi dan dipandu oleh ilmu dan hidayah. Tanpanya aqal tidak dapat dimanfaat dan digunakan oleh manusia.

Rawatan untuk JIWA MUKMIN

Rawatan utama untuk manusia ialah ISLAM, IMAN dan TAQWA.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
﴿آل عمران: ١٠٢﴾

Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.

Ali 'Imran : 102

Juga mau'izah ( penasihat dan pengajaran ), syifa' ( penawar dan penyembuh ), hidayah ( petunjuk ) serta rahmah ( sentuhan kasih sayang ) dari Allah ta'ala melalui kitab suciNya, Al Quran.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ﴿يونس: ٥٧﴾

Wahai umat manusia! Sesungguhnya telah datang kepada kamu Al-Quran yang menjadi nasihat pengajaran dari Tuhan kamu, dan yang menjadi penawar bagi penyakit-penyakit batin yang ada di dalam dada kamu, dan juga menjadi hidayah petunjuk untuk keselamatan, serta membawa rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Yunus : 57

Rawatan di Bulan Ramadhan

Allah ta'ala menyediakan di dalam ramadhan as siyam ( الصيام ), yang terkandung di dalamnya rawatan kepada jiwa mukmin, menjadi perisai menahan kerosakan dan menjana taqwa untuk menegakkan ketaatan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿البقرة: ١٨٣﴾

Wahai orang-orang yang beriman! Kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang dahulu daripada kamu, supaya kamu bertaqwa.

Al Baqarah : 183

Juga, Al Quran sebagai sumber syifa' ( rawatan ) kepada segala penyakit syubhat dan syahwat.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ﴿البقرة: ١٨٥﴾

(Masa yang diwajibkan kamu berpuasa itu ialah) bulan Ramadan yang padanya diturunkan Al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan petunjuk dan (menjelaskan) perbezaan antara yang benar dengan yang salah.

Al Baqarah : 185

Pendekatan rawatan Ramadhan

1. Taqwa

Menjunjung seluruh perintah Allah, yang wajib mahu pun yang sunat, zahir mahu pun yang batin.

Meninggalkan dan menjauhi segala larangan, yang haram mahu pun yang makruh, zahir mahu pun batin.

2. Allah ta'ala menggandakan balasan pahala untuk segala amal ibadah dan membuka seluas-luasnya pintu-pintu keampunan dosa. Syaitan diiikat untuk memudahkan hamba-hambaNya lebih mudah beribadah.

إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة، وغلقت أبواب النار، وصفدت الشياطين( رواه البخاري ومسلم )

" Apabila datang Ramdhan, dibuka semua pintu syurga, ditutup semua pintu neraka dan dibelenggu syaitan-syaitan.

HR Bukhari, Muslim

3. Allah ta'ala menyediakan amal ibadah khusus seperti puasa, tilawah Al Quran, solat tarawih dan sedekah memberi makanan.

من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه ( رواه البخاري ومسلم )

Barangsiapa yang berpuasa kerana iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.


من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه ( رواه البخاري ومسلم )

Barangsiapa mendirikan Ramadlan (dengan ibadah) kerana iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

كان النبي صلى الله عليه وسلم أجود الناس وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه وكان يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ من رَمَضَانَ جبريل فيدارسه القرآن. ( رواه البخاري ومسلم )
2024/12/29 10:52:43
Back to Top
HTML Embed Code: