Telegram Web Link
Justeru, peringatkanlah dan ancamlah dirimu sendiri sebelum datangnya Hari Penyesalan ( يوم الحسرة ) yang ketika ketibaannya penyesalan sudah tidak ada lagi manfaat padanya.

Sesal dulu pendapatan, sesal kemudian tiada gunanya.


وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.

(Maryam : 39)



ABi
Tadabbur Diri 29

Bermuhasabah terhadap dirimu sendiri.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

" من علامات السعادة والفلاح أن العبد كلما زيد في علمه زيد في تواضعه ورحمته وكلما، زيد في عمره نقص من حرصه، وكلما زيد في ماله زيد في سخائه وبذله، وكلما زيد في قدره وجاهه زيد في قربه من الناس وقضاء حوائجهم والتواضع لهم،

“Salah satu tanda kebahagiaan dan kejayaan adalah tatkala seorang hamba semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya. Dan semakin bertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Setiap kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan nafsunya. Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah kedermawanan dan kemahuannya untuk membantu sesama. Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan pangkatnya maka semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai keperluan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.”

Beliau menyebut lagi,

وعلامات الشقاوة أنه كلما زيد في علمه زيد في كبره وتيهه، وكلما زيد في عمله زيد في فخره واحتقاره للناس وحسن ظنه بنفسه، وكلما زيد في عمره زيد في حرصه، وكلما زيد في ماله زيد في بخله وإمساكه، وكلما زيد في قدره وجاهه زيد في كبره وتيهه، وهذه الأمور ابتلاء من الله وامتحان يبتلي بها عباده فيسعد بها أقوام ويشقى بها أقوام"

“Dan tanda kebinasaan iaitu tatkala semakin bertambah ilmunya maka bertambahlah kesombongan dan kebanggaannya. Dan setiap kali bertambah amalnya maka bertambahlah keangkuhannya, dia semakin meremehkan manusia dan terlalu bersangka baik kepada dirinya sendiri. Semakin bertambah umurnya maka bertambahlah ketamakannya. Setiap kali bertambah banyak hartanya maka dia semakin kedekutnya dan tidak mahu membantu. Dan setiap kali meningkat kedudukan dan derajatnya maka bertambahlah kesombongan dan kebanggaan dirinya. Ini semua adalah ujian dan cobaan dari Allah untuk menguji hamba-hamba-Nya. Sehingga akan berbahagialah sebagian kelompok, dan sebahagian kelompok yang lain pula akan binasa. “

( Al Fawaaid, Ibnul Qayyim )



Justeru, muhasabahlah dirimu sendiri.




ABi
Tadabbur Diri 30

Pasakkan istiqamah dalam jiwa atas jalan dakwah dan perjuangan.

Kemanisan dalam dakwah dan perjuangan hanya akan dapat dirasai oleh mereka yang istiqamah. Istiqamah hanya akan terbukti di saat ruh keluar dari tubuh yakni ketika mendapat bisikan ketenangan dari malaikat Allah ta’ala ‘Azz wa Jalla.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّـهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿١٣﴾ أُولَـٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿١٤ ﴾ (الأحقاف : ١٣-١٤)

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.( 13 ) Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.( 14 )

(Al Ahqaf: 13-14)

Dalam sahih Muslim daripada Sufian bin Abdullah Ats Tsaqafi telah berkata :

يا رسول الله قل لي في الإسلام قولا لا أسأل عنه أحدا بعدك - وفي رواية - غيرك . قال : قل آمنت بالله ثم استقم

" Aku berkata : Wahai Rasulullah ! Katalah padaku tentang Islam satu perkataan yang aku tidak akan bertanya lagi tentangnya pada orang lain selepas engkau..( pada satu riwayat lain - selain engkau ); Rasulullah ‎ﷺ bersabda : Katakanlah - Aku beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah!

Rukun Istiqamah :

1. Ikhlas pada aqidah dan pada amalan

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus

(Al Bayyinah : 4)

2. Keyakinan yang benar dan tiada keraguan

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّـهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّـهِ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ ﴿١٥﴾

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.

(Al Hujurat : 15)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ (التوبة : 119)

Wahai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan jadilah orang-orang yang benar

(At Taubah : 119)

3. Bay'ah ( janji setia)

إِنَّ اللَّـهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّـهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّـهِ ۚ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿١١١)

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.( 111)

التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّـهِ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ ﴿١١٢﴾

Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.(112)

(At Taubah : 111-112)

4. Amalan berterusan dan menuntut balasan di akhirat.

فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا ﴿١١٠)
(الكهف: ١١٠)
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

(Al Kahfi : 110)

أحب الأعمال إلى الله أدومها وان قل (رواه مسلم)

Daripada Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: Rasulullah ‎ﷺ bersabda:

" Sebaik-baik amalan kepda Allah ( ialah ) yang berterusan walaupun sedikit ".

( HR Muslim )


5. Sabar, tabah, cekal dan kuat jiwa.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٤٥) وَأَطِيعُوا اللَّـهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنّ اللَّـهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (٤٦)(الأنفال:٤٥-٤٦)

Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.( 45 ) Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.( 46 )

(Al Anfal: 45-46)

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Amat menghairankan sekali keadaan orang mukmin itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi bagi seseorangpun melainkan hanya untuk orang mukmin itu belaka, iaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup (kesenangan),diapun bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan baginya,sedang apabila ia ditimpa kesukaran – yakni bencana – diapun bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya.”

(HR Muslim)

6. Sentiasa mengharapkan bertambah petunjuk melalui amal dan doa.

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُم( محمد : ١٧ )

Dan (sebaliknya) orang-orang yang menerima petunjuk (ke jalan yang benar), Allah menambahi mereka dengan hidayah petunjuk, serta memberi kepada mereka (dorongan) untuk mereka bertaqwa.

(Muhammad : 17)

Kalaam tarbawi dari Ibnu Qayyim Al Jauzi rahimahullahu ta'ala :

" إذا اراد الله بعبد خيراَ جعله معترفاَ بذنبه،ممسكاَ عن ذنب غيره ، جواداَ بما عنده، زاهداَ فيما عند غيره، محتملاَ لأذى غيره، وإن أراد به شراَ عكس ذلك عليه."

Apabila Allah ta'ala mengkehendaki akan hambaNya kebaikan, Dia menjadi hamba itu mengakui dosanya, menahan diri dari melakukan dosa yang lain, pemurah dengan apa yang ada pada dirinya, zuhud terhadap apa yang ada pada orang lain, menghalang diri dari menyakiti orang lain. Dan jika Allah ta'ala mengkehendaki keburukan atau kejahatan maka yang berlaku ialah disebaliknya.

Disebut dalam sebuah atsar,

من عمل بما علم أورثه الله علم ما لم يعلم

“Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang telah ia ketahui maka Allah akan mewariskan (mengajarkan) kepadanya ilmu yang belum ia ketahui”

Yakni dalam bentuk taufik bimbingan terhadap amalan.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّـهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِين (٦٩)

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

(Al Ankabut : 69)

1 Tenang dan tenteram jiwanya iaitu tiada ketakutan dan tiada bersedih hati hasil anugerah Allah ta’ala kerana keimanan yang ada dalam hati.

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

( الفتح : ٤ )
(Tuhan yang membuka jalan kemenangan itu) Dia lah yang menurunkan semangat tenang tenteram ke dalam hati orang-orang yang beriman (semasa mereka meradang terhadap angkara musuh) supaya mereka bertambah iman dan yakin beserta dengan iman dan keyakinan mereka yang sedia ada; pada hal Allah menguasai tentera langit dan bumi (untuk menolong mereka); dan Allah adalah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana

(Al Fath : 4)

وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَـٰذَا مَا وَعَدَنَا اللَّـهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّـهُ وَرَسُولُهُ ۚ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا ﴿٢٢﴾ (الأحزاب:٢٢)

Dan pada masa orang-orang yang beriman melihat tentera Al-Ahzaab, berkatalah mereka:" Inilah yang telah dijanjikan Allah dan RasulNya kepada kami dan benarlah (apa yang telah dijanjikan) Allah dan RasulNya". Dan (angkatan tentera musuh yang mereka lihat) itu tidak memberi sebarang kesan kepada mereka selain daripada menambahkan iman dan penyerahan diri mereka bulat-bulat kepada Allah.

(Al Ahzab: 23)

أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ .الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (يونس:٦٢-٦٣)

Ingatlah sesungguhnya para penolong agama Allah tiada ketakutan atas mereka dan tiada lah mereka bersedih hati , orang-orang yang beriman dan adalah mereka bertaqwa

(Yunus : 62-63)

8. Bersedia menghadapi kematian.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّـهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ ﴿٣٠﴾ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ ﴿٣١)

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".(30) Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.(31)

(Fussilat : 30-31)

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ (٩٩)
(الحجر:٩٩)

Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (iaitu ajal kematian)

(Al Hijr : 99)

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾(الفجر:٢٧-٣٠)

Hai jiwa yang tenang ( 27 ) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. ( 28 ) Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, ( 29 ) Dan masuklah ke dalam SyurgaKu! ( 30 )

(Al Fajr: 27-30)

Justeru, beristiqamahlah!

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ ‎
﴿آل عمران: ١٧٣﴾‏

Sufficient for us is Allah, and [He is] the best Disposer of affairs.

(Ali ‘Imran: 173)



ABi
Tadabbur Diri 31

Bila Allah ta’ala menguji, belajarlah menikmati ujianNya itu.

Rasulullah ‎ bersabda,

مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ

“Ujian akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya mahupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.”
 
(HR Tirmizi, 239)

Kerana manusia tidak akan tahu hakikat pelbagai balasan untuk kesabaran dan redhanya hati mereka terhadap ujian yang datang sehinggalah bertemuNya nanti di akhirat.

Firman Allah ‘Azza wa Jalla ,

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴿السجدة: ١٧﴾

Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan. (17)

(As Sajadah: 17)

Justeru, bertabahlah dan bertahanlah. Hidup di dunia ini hanya sebentar sahaja.

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَن لَّمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِّنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ﴿يونس: ٤٥﴾

Dan (ingatlah) masa Tuhan himpunkan mereka (pada hari kiamat kelak), dengan keadaan mereka merasai seolah-olah mereka tidak tinggal di dunia melainkan sekadar satu saat sahaja dari siang hari. Mereka akan berkenal-kenalan sesama sendiri. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang telah mendustakan hari menemui Allah untuk menerima balasan, dan yang tidak mendapat petunjuk (ke jalan mencari untung semasa hidup di dunia). (45)

(Yunus : 45)




ABi
Tadabbur Diri 32

Setiap hari seorang hamba Allah itu berdoa dengan doa yang paling afdhal dalam munajat solatnya,

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿٦
Tunjukilah kami jalan yang lurus

Ianya satu doa untuk ruh, aqal, hati dan nafsu yang ada dalam dirinya, yang menumbuhkan pelbagai perubahan besar dalam dirinya yakni bila disentuh dengan HIDAYAH ALLAH.

الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّـهُ ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ ﴿١٨

yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.(18)

(Az Zumaar : 18)

Hidayah melahirkan kebaikan dalam hidupnya, sentiasa mengambil peringatan dan pengajaran yang menjadikan jiwanya hidup dalam menikmati nikmat kebenaran.

هَـٰذَا بَلَاغٌ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَـٰهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ ﴿٥٢

(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.(52)

(Ibrahim : 52)

Hidayah menjadikan dirinya lapang dan berusaha mencari Jalan Kebenaran iaitu Jalan Yang Lurus.

فَمَن يُرِدِ اللَّـهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ اللَّـهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ ﴿١٢٥ وَهَـٰذَا صِرَاطُ رَبِّكَ مُسْتَقِيمًا ۗ قَدْ فَصَّلْنَا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَذَّكَّرُونَ ﴿١٢٦
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.(125) Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran.(126)

(Al An'am : 125-126)

أَفَمَن يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَىٰ ۚ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ ﴿١٩

Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,(19)

(Ar Ra'du : 19)

أَفَمَن يَمْشِي مُكِبًّا عَلَىٰ وَجْهِهِ أَهْدَىٰ أَمَّن يَمْشِي سَوِيًّا عَلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿٢٢

Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?(22)

(Al Mulk : 22)

Justeru, renungilah diri dan jiwa mu kerana HAMBA semenangnya amat berhajat dan memerlukan didikan dan petunjuk dari TUHANnya.

Sabda Rasulullah ‎ﷺ ,

إذا أراد الله بعبد خيراً جعل له واعظا من نفسه يأمره وينهاه

" Apabila Allah mengkehendakki kebaikan pada seorang hamba, maka Dia jadi baginya pemberi nasihat dalam jiwanya yang menyuruh dan mencegahnya "

(HR Dailami)



ABi
Tadabbur Diri 33

Bila diri manusia perlukan tazkirah. Maka, tazkirah peringatan terbaik adalah dari Tuhanmu.

إِنَّ هَذِهِ تَذْكِرَةٌ

Sesungguhnya ini (iaitu surat ini ) adalah suatu peringatan.

(Al-Muzzammil: 19)

Al Quran diturunkan di antara tujuan utamanya ialah sebagai tazkirah (peringatan).

وَإِنَّهُ لَتَذْكِرَةٌ لِّلْمُتَّقِينَ﴿الحاقة: ٤٨﴾

Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

(Al Haaqqah: 48)

كَلَّا إِنَّهُ تَذْكِرَةٌ﴿٥٤﴾فَمَن شَاءَ ذَكَرَهُ﴿٥٥﴾﴿المدثر: ٥٤-٥٥﴾

Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al Quran itu adalah peringatan. Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al Quran).

(Al Muddatstsir: 54-55)

Oleh itulah para nabi dan rasul diutuskan untuk menjadi pemberi ingatan.

فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنتَ مُذَكِّرٌ ﴿الغاشية: ٢١﴾

Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.

(Al Ghasyiyyah : 21)

Pentazkirah atau pemberi ingatan juga adalah sebahagian daripada keperibadian seorang pandakwah yang menelusuri jejak langkah para nabi dan rasul.

Siapakah yang akan mengambil manfaat dari tazkirah?

سَيَذَّكَّرُ مَن يَخْشَىٰ ﴿١٠﴾ وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى ﴿١١﴾﴿الأعلى: ١٠-١١﴾

orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, dan orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya.

(Al A'la : 10-11)

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ ﴿الذاريات: ٥٥﴾

Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.

(Az Zariyat : 55)

Apakah bahan utama tazkirah? Sudah pastilah ayat-ayat Allah iaitu apa yang terkandung di dalamnya.

فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَن يَخَافُ وَعِيدِ ﴿ق: ٤٥﴾

Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku.

(Qaaf : 45)

Tazkirah amat penting demi mengingatkan jiwa yang lupa,” dan lalai.

Peringatan itu ada dua jenis.

Pertama, peringatan tentang perkara yang tidak diketahui secara terperinci. Ia hanya diketahui secara umum melalui tabi'e dan logik rasionak akal. Allah ta'ala menjadikan akal secara fitrahnya cenderung kepada kebaikan dan natijahnya, membenci keburukan serta menjauhkan darinya. Allah ta'ala juga mensyariatkan supaya menuruti kebaikan dan meninggalkan keburukan. Dalam syariat jugalah, adanya perintah dan larangan. Maka semua itu, adalah termasuk peringatan yang perlu diperingatkan. Terutama dalam perkara-perkara yang diperintah seperti kebaikan, kebajikan dan maslahah. Juga, perkara-perkara larangan yang membawa kemudaratan.

Jenis peringatan yang kedua, iaitu peringatan tentang perkara-perkara telah yang diketahui oleh orang-orang yang beriman, seperti tentang kematian, alam barzakh, kehidupan akhirat, mahkamah Allah di Padang Mahsyar, syurga, neraka dan lain-lain yang berkaitan. Tetapi kelalaian dan kecuaian telah menjauhkan mereka daripada mengingatinya. Lalu mereka perlu diiperingatkan tentang perkara itu, dan ianya diulang-ulang kepada mereka sehingga ia tertanam dalam fikiran dan jiwa mereka. Ini menjadikan mereka lebih memberi perhatian dan beramal atas apa yang telah mereka telah diperingatkan. Justeru, mereka menjadi bersemangat dan termotivasi untuk mengambil faedah dan mempertingkatkan jati diri mereka.

Oleh itu, Allah ta'ala menyatakan bahawa peringatan itu memberi manfaat kepada orang yang beriman, kerana apa yang mereka miliki seperti persoalan taubat, keimanan, ketakwaan dan keredhaan Allah, mereka mendapat manfaat dari tazkirah atau peringatan. Ini menunjukkan betapa perlu dan pentingnya peringatan dalam kehidupan mereka.

فَذَكِّرْ إِن نَّفَعَتِ الذِّكْرَىٰ ﴿٩﴾ سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى ﴿١٠﴾
﴿الأعلى: ٩-١٠﴾

oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran,

(Al A'laa : 9-10)

Manakala, orang yang tidak beriman dan tidak mahu menerima peringatan, maka tidak ada gunanya peringatan bagi mereka. Mereka tidak mahu beriman sehinggalah mereka melihat azab yang pedih.
Kecualilah mereka bertaubat dan kembali mengikhlaskan diri beribadah kepada Allah ta'ala.

Tujuan utama tazkirah untuk menumbuhkan rasa takut ( خشية ), mengagungkan Allah lantas membuahkan ketundukan dan pengabdian diri iaitu beribadah hanya kepada NYA.

إِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَن يَخْشَىٰ ﴿٣﴾ ﴿طه: ٣﴾

tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),

(Thahaa : 3)

Bahkan ketika Nabi Musa dan Harun diperintah oleh Allah ‘Azza wa Jalla untuk mendakwahkan Firaun pun, mereka diperintahkan supaya berucap dengan kata-kata yang boleh membuahkan rasa takut dan peringatan kepadanya.

اذْهَبْ أَنتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي ﴿٤٢﴾ اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ﴿٤٣﴾فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ ﴿٤٣﴾ ﴿طه: ٤٢-٤٤﴾

Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".

(Thahaa: 42-44)

Juga menumbuhkan perasaan kebimbangan (خوف), agar seorang hamba itu akan bersegera dalam beramal dan benar-benar mempersiapkan dirinya untuk bertemu Allah di akhirat.

فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَن يَخَافُ وَعِيدِ ﴿ق: ٤٥﴾

Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku.

(Qaaf : 45)

وَأَنذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَن يُحْشَرُوا إِلَىٰ رَبِّهِمْ لَيْسَ لَهُم مِّن دُونِهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ لَّعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ‏ ‎﴿الأنعام: ٥١﴾

Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa'atpun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa.

(Al An'am: 51)

Ayat ini merupakan peringatan bagi orang-orang yang berakal.

Aqal yang sempurna akan menjana perubahan dalam diri manusia.

فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلا

Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan (yang menyampaikannya) kepada Tuhannya.

(Al-Muzzammil: 19)

Maksudnya, dari mereka yang dikehendaki oleh Allah ta'ala untuk mendapat hidayah-Nya.

وَما تَشاؤُنَ إِلَّا أَنْ يَشاءَ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ كانَ عَلِيماً حَكِيماً

Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.

(Al-Insan: 30)

Ini bererti, setelah diberi peringatan maka terserahlah samaada mahu mengambil tindakan untuk berubah dan memperbaiki diri atau pun tidak.

Justeru, tazkirahkanlah dirimu sendiri dengan tazkirah dari TUHANmu.




ABi
Tadabbur Diri 34

Cukuplah! Usah menghina lagi orang lain walau pun dia seorang yang hina.

Sehina-hina manusia dia tetap manusia anak keturunan Adam yang telah dimuliakan Allah ta’ala .

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا﴿الإسراء: ٧٠﴾

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (70)

(Al Isra’: 70)


Usahlah berterusan merasa diri lebih pandai dan baik dari orang lain. Kerana di situlah akan terbitnya takabbur, riya’ dan ‘ujub dalam hati.

Sikap membodohkan orang lain, memperkecilkan dan menganggap hina kepada orang lain hanya akan mengundang kebinasaan diri sendiri.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴿الحجرات: ١١﴾

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

(Al Hujurat : 11)

Ayat ini, bagaikan sudah tidak ada makna kepada umum manusia kini. Khususnya kepada kalangan ummat Islam, yang secara bebas dan terbuka tidak memperdulikan larangan-larangan Allah ta’ala dalam ayat ini.

Imam Hassan Al Basri pernah ditanya tentang pengertian tawadhu’ ( merendah diri ). Beliau menjawab,

“Seorang itu keluar dari rumahnya, maka ia tidak bertemu seorang Muslim, kecuali mengira bahawa yang ditemui itu lebih baik dari dirinya.”

(Az Zuhd, hal. 279)

Apa yang disebutkan Imam Hasan Al Basri ini semakna dengan nasihat Imam Al Ghazali mengenai tawadhu’. Beliau mengatakan,

”Janganlah engkau melihat kepada seseorang kecuali engkau menilai bahawa ia lebih baik darimu. Jika melihat anak kecil, engkau mengatakan, ’Ia belum bermaksiat kepada Allah sedangkan aku telah melakukannya, maka ia lebih baik dariku’. Jika melihat orang yang lebih tua, engkau mengatakan, ‘Orang ini telah melakukan ibadah sebelum aku melakukannya, maka tidak diragukan bahawa ia lebih baik dariku.’ Dan jika ia melihat orang alim (pandai), maka ia berkata, ’Ia telah diberi Allah ilmu lebih dibanding aku dan telah sampai pada darjat yang aku belum sampai kepadanya.’ Kalau ia melihat orang bermaksiat, ia berkata, “Ia melakukannya kerana kejahilan, sedangkan aku melakukannya dan tahu bahwa perbuatan itu dilarang. Maka, hujjah Allah kepadaku akan lebih kuat.’”

(Maraqi Al Ubudiyah, hal. 79)

Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah ‎ﷺ bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمْ رَجُلًا يَقُولُ قَدْ هَلَكَ النَّاسُ فَهُوَ أَهْلَكُهُمْ يَقُولُ اللَّهُ إِنَّهُ هُوَ هَالِكٌ

“Jika kalian mendengar seorang laki-laki yang berkata: 'orang-orang telah celaka, ' maka dialah yang paling celaka dari mereka, dan Allah berfirman: 'Sesungguhnya dialah yang celaka.'

(HR Muslim, 7360)

Imam Al Khattabi menjelaskan bahawa kemungkinan orang yang mengatakan demikian menimbulkan sifat ujub kepada dirinya dan menilai bahawa pada manusia sudah tidak terdapat sifat kebaikan. Dan merasa bahwa dirinya lebih baik dari mereka. Maka pada hakikatnya, orang ini telah celaka.

(Kitab Al Azkar,hal. 566)

Imam Malik pun berpendapat bahawa kalau pelakunya mengatakan hal demikian kerana ujub dan meremehkan manusia terhadap diri mereka, maka itu hal yang dibenci dan yang terlarang.
Namun jika mengatakannya kerana merasa perihatin, maka hal itu tidak mengapa.

(Al Azkar, hal. 566)

Dari Iyadh bin Himar RA berkata, Rasululllah ‎ﷺ bersabda,

إِنَّ اللَّهَ تَعالى أوْحَى إليَّ أنْ تَوَاضَعُوا حتَّى لا يَبْغيَ أحَدٌ على أحَدٍ، وَلا يَفْخَرَ أحَدٌ على أحَدٍ

“Sesungguhnya Allah telah
mewahyukan kepadaku agar kamu saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorang pun berlalu zalim pada yang lain.”

(HR Muslim,5109)

Antara punca yang menyebabkan seseorang kehilangan sifat tawadhu’nya adalah merasa hebat dengan ilmu yang dimiliki. Manusia yang merasakan dirinya memiliki ilmu, sering dengan mudah membodoh-bodohkan manusia. Walaupun kadangkala ilmunya tidak setara mana pun.

Al Hafiz Ibnu Rajab Al Hanbali berkata,

”Adapun tanda-tanda ilmu tidak bermanfaat adalah, seseorang tidak memiliki kesibukan kecuali takabbur dengan ilmunya di hadapan manusia. Dan menunjukkan kelebihan ilmunya kepada mereka. Serta merendahkan meraka, untuk meninggikan kedudukannya terhadap mereka. Ini merupakah hal yang terburuk dan paling menjijikkan dari yang diperolehi. Sehingga ia menisbahkan para ulama sebelumnya sebagai dengan kebodohan, kelalaian dan kealpaan.”

Kemudian beliau mengatakan,

”Adapun tanda-tanda ilmu bermanfaat adalah suu zhan ( bersangka buruk ) terhadap diri sendiri dan husnu zhan ( bersangka baik ) terhadap para ulama sebelumnya. Mengakui dalam hati dan jiwa terhadap kelebihan para ulama sebelum mereka dibanding dirinya dan ketidakmampuannya menyamai kedudukan mereka untuk sampai atau mendekati darjat mereka.”

(Shafhat min Shabri Al Ulama, hal. 378)

Justeru, belajarlah dari resam padi, semakin tunduk bila semakin berisi.



ABi
Tadabbur Diri 35

Ada kalanya celaan, makian dan fitnah manusia lebih baik daripada puji pujian. Pujian sering menjadikan diri kagum dengan diri sendiri. Manakala celaan, makian dan fitnah mengajar bersabar dan bermuhasabah diri sendiri.

Kagum terhadap diri sendiri pula merupakan suatu sifat yang amat membinasakan.

Nabi ‎ﷺ bersabda,

ﺛَﻠَﺎﺙٌ ﻣُﻬْﻠِﻜَﺎﺕٌ : ﺷُﺢٌّ ﻣُﻄَﺎﻉٌ ﻭَﻫَﻮًﻯ ﻣُﺘَّﺒَﻊٌ ﻭَﺇِﻋْﺠَﺎﺏُ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀِ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ

“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada keburukan) dan (3) ujub (takjub kagum pada diri sendiri).”

(HR. Abdur Razaaq: 11/304)

Dari Al-Miqdad bin Al-Aswad radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَمَرَنَا رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ نَحْثُوَ فِي وُجُوْهِ الْمَدَّاحِيْنَ التُّرَابَ

“Rasulullah ‎ﷺ memerintahkan kami untuk menaburkan tanah ke wajah-wajah orang yang berlebihan dalam memuji.”

(HR. Muslim: 3002)

Sebenarnya doa adalah lebih diperlukan dari pujian kerana biasanya pujian dapat menipu diri kita.

Sufyan bin Uyainah berkata,

ﻳَﻐُﺮُّ ﺍﻟﻤَﺪﺡُ ﻣَﻦ ﻋَﺮَﻑَ ﻧﻔﺴَﻪُ

“Pujian orang tidak akan menipu orang yang kenal dirinya sendiri ( ia tidak sebaik pujian itu, bahkan lebih banyak aib serta dosa).”

(Hilyatul Auliya’ 7/332)

Justeru, berdoalah sebagaimana yang diajar oleh Rasulullah ‎ﷺ :

ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻻَ ﺗُﺆَﺍﺧِﺬْﻧِﻲْ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﻘُﻮْﻟُﻮْﻥَ، ﻭَﺍﻏْﻔِﺮْﻟِﻲْ ﻣَﺎ ﻻَ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮْﻥَﻭَﺍﺟْﻌَﻠْﻨِﻲْ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻤَّﺎ ﻳَﻈُﻨُّﻮْﻥَ

“Ya Allah, semoga Engkau tidak menghukumku kerana apa yang mereka katakan. Ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui. Dan jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka perkirakan.”

(HR. Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 761.)





ABi
Tadabbur Diri 36


Mengkritik bukan sampai menghina,

Abu Jurayy RA pernah pada satu hari bertemu Rasulullah ‎ﷺ lalu berkata kepada Baginda,

“Berilah wasiat kepadaku.”

Ar Rasul sallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberi wasiat,

لاَ تَسُبَّنَّ أَحَدًا

“Janganlah engkau menghina seorang pun.”

Abu Jurayy RA berkata,

“Aku pun tidak pernah menghina seorang pun setelah itu, baik kepada orang yang merdeka, seorang budak, seekor unta, mahu pun seekor domba.”

Rasulullah ‎ﷺ melanjutkan sabdanya,

وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنَ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ

“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya.Amalan tersebut adalah bahagian dari kebajikan.

Tinggikanlah sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan, engkau boleh menurunkannya hingga mata kaki. Jauhilah memanjangkan kain sarung hingga melewati mata kaki. Penampilan seperti itu adalah tanda sombong dan Allah tidak menyukai kesombongan.

Jika ada seseorang yang menghinamu dan memalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.”

(HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmizi no. 2722.)

Menegur bukan hingga sampai mencela,

Dari Abu Hurairah RA dia berkata; Rasulullah ‎ﷺ bersabda:

لَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَنَاجَشُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَاهُنَا وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ

'Janganlah kamu saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kamu yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah ‎ﷺ menunjuk dadanya), Baginda mengucapkannya sebanyak tiga kali. Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. “

(HR Muslim, 4650)

Al Hafizh Ibnu Rajab berkata:

“Apabila para salaf hendak memberikan nasihat kepada seseorang, maka mereka menasihatinya secara rahsia. Barangsiapa yang menasihati saudaranya secara berdua maka itulah nasihat. Dan barangsiapa yang menasihatinya di hadapan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya.”

(Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, halaman 77)

Berdakwah bukan hingga menghukum; Mendidik bukan hingga memaksa,

أَفَأَنتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ ﴿٩٩﴾

Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?

(Yunus : 99)

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah bersabda:

قَالَ الرَّجُلُ لِأَخِيهِ يَا كَافِرُ فَقَدْ بَاءَ بِهِ أَحَدُهُمَا

“Apabila seseorang berkata kepada saudaranya; Wahai kafir maka boleh jadi akan kembali kepada salah satu dari keduanya.”

(HR Bukhari, 5638)
عن جَابِر بْنِ عَبْدِ اللَّه أَنَّ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ يُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَأْتِي قَوْمَهُ فَيُصَلِّي بِهِمْ الصَّلَاةَ فَقَرَأَ بِهِمْ الْبَقَرَةَ قَالَ فَتَجَوَّزَ رَجُلٌ فَصَلَّى صَلَاةً خَفِيفَةً فَبَلَغَ ذَلِكَ مُعَاذًا فَقَالَ إِنَّهُ مُنَافِقٌ فَبَلَغَ ذَلِكَ الرَّجُلَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا قَوْمٌ نَعْمَلُ بِأَيْدِينَا وَنَسْقِي بِنَوَاضِحِنَا وَإِنَّ مُعَاذًا صَلَّى بِنَا الْبَارِحَةَ فَقَرَأَ الْبَقَرَةَ فَتَجَوَّزْتُ فَزَعَمَ أَنِّي مُنَافِقٌ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مُعَاذُ أَفَتَّانٌ أَنْتَ ثَلَاثًا اقْرَأْ وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَسَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَنَحْوَهَا

Dari Jabir bin Abdullah bahwa Mu'adz bin Jabal radliallahu 'anhu pernah shalat (dibelakang) Rasulullah ‎ﷺ , kemudian dia kembali ke kaumnya untuk mengimami salat bersama mereka dengan membaca surat Al Baqarah, Jabir melanjutkan; Maka seorang laki-laki pun keluar (dari shaf) lalu ia salat dengan salat yang agak ringan, ternyata hal itu sampai kepada Mu'adz, ia pun berkata; “Sesungguhnya dia adalah seorang munafik”. Ketika ucapan Mu'adz sampai ke laki-laki tersebut, laki-laki itu langsung mendatangi Nabi ‎ﷺ sambil berkata; “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami adalah kaum yang memiliki pekerjaan untuk menyiram ladang, sementara semalam Mu'adz salat mengimami kami dengan membaca surat Al Baqarah, hingga saya keluar dari shaf, lalu dia mengiraku seorang munafik.” Maka Nabi ‎ﷺ bersabda: “Wahai Mu'adz, apakah kamu hendak membuat fitnah. “-Baginda mengucapkannya hingga tiga kali- bacalah (Was syamsi da wadluhaaha dan wasabbih bismirabbikal a'la ) atau yang serupa dengannya.

(HR Bukhari, 5641)

Berbeza bukan sehingga bermusuhan,

Berbeza pandangan adalah lumrah kehidupan manusia. Tiada siapa boleh mendakwa pandangannya paling benar, Kerana kunci kebenaran itu bukan di tangan manusia tetapi pada Allah Azza wa Jalla.

الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
﴿البقرة: ١٤٧﴾

Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.

(Al Baqarah: 147)

Kebenaran bukan dikenali semata-mata hanya pada orang yang membawa terutama dalam soal kebijaksanaan dan pemikiran.

Alangkah indahnya kata-kata dari Saiyyida Ali karramallahu wajhah,

إن الحق لا يعرف بالرجال، اعرف الحق تعرف أهله.

“Sesungguhnya kebenaran itu tidak dikenali dengan sebab orang-orang yang membawanya. Kenalilah kebenaran (dari sumbernya), nescaya engkau akan kenal sipembawa kebenaran (yang sebenar).”

Imam Al Ghazali menyebut dalam Ihya’ Ulumiddin,

اعلم أن من عرف الحق بالرجال حار في متاهات الضلال فاعرف الحق تعرف أهله إن كنت سالكاً طريق الحق

"Ketahuilah bahawa siapa yang mengukur kebenaran dengan tokoh (yang membawa), ia akan tersesat dalam lembah kebingungan. Maka kenalilah kebenaran, pasti kamu akan tahu siapa pemiliknya, jika kamu benar-benar ingin meniti jalan kebenaran.”

Justeru, berpada-padalah dalam berbeza pandangan bahkan sewajibnya persaudaraan itu lebih utama dijaga dan dipelihara. Jadilah PENDAMAI…!

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي اخْتِلَافٌ أَوْ أَمْرٌ فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَكُونَ السِّلْمَ فَافعَلْ

Dari Ali Bin Abu Thalib, dia berkata; Rasulullah ‎ﷺ bersabda:

"Sesungguhnya akan terjadi perpecahan atau perkara sepeninggalanku, jika kamu mampu untuk berlaku damai maka lakukanlah.”

(HR Ahmad,657)



ABi
Tadabbur Diri 37

Kehidupan ahli syurga ketika hidup di dunia.

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata,

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ »

“Rasulullah ‎ﷺ ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam syurga, Baginda menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Baginda ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab Baginda, “Perkara yang disebabkan oleh mulut dan kemaluan.”

(HR. Tirmidzi, 2004 dan Ibnu Majah, 4246)

Nikmat kehidupan ahli syurga di akhirat. Di antara nikmat yang dirasai oleh ahli syurga:

1. Perasaan gembira, sudah tidak ada lagi rasa takut bimbang dan kesedihan.

فَرِحِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِٱلَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا۟ بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿١٧٠﴾

Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

(Ali Imran : 170)

2. Tiada lagi apa-apa yang menyebabkan kesedihan, kepenatan dan kelesuan.

وَقَالُوا۟ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِىٓ أَذْهَبَ عَنَّا ٱلْحَزَنَ ۖ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ ﴿٣٤﴾ ٱلَّذِىٓ أَحَلَّنَا دَارَ ٱلْمُقَامَةِ مِن فَضْلِهِۦ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ ﴿٣٥﴾

Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri.(34) Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu".(35)

(Fathir : 34 - 35)

Sudah tiada lagi dendam

وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ تَجْرِي مِن تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَـٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَن تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ﴿الأعراف: ٤٣﴾

Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan". (43)

Tiada lagi kelelahan dan kepenatan. Penat lelah untuk beribadat dan berjihad hanyalah ketika di dunia.

لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُم مِّنْهَا بِمُخْرَجِينَ﴿الحجر: ٤٨﴾

Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya. (48)

(Al Hijr: 48)

Tiada rasa pening dan mabuk

لَّا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلَا يُنزِفُونَ ‎﴿الواقعة: ١٩﴾‏

mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk, (19)

(Al Waqi’ah: 19)

Sudah tidak ada lagi perkataan dan ucapan yang sia-sia dan dosa.

لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا تَأْثِيمًا ‎﴿الواقعة: ٢٥﴾‏

Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, (25)

(Al Waqi’ah: 25)

لَّا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا كِذَّابًا ‎﴿النبإ: ٣٥﴾‏

Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) perkataan dusta. (35)

(An Naba’: 35)

Ahli-ahli syurga sentia sibuk dalam menikmati nikmat syurga yang tidak terhingga.

إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ ‎﴿يس: ٥٥﴾‏

Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). (55)

Ahli syurga juga tidak akan lagi merasai mengantuk dan tidor kerana keletihan .
فقد أخرج البزار والطبراني في الأوسط وابن مردويه والبيهقي في "البعث" بسند صحيح كما قال السيوطي

Diriwayatkan oleh Al Bazzar dan At Thabarani ( Al Aswath ), dan Ibnu Mardawih dan Al Baihaqi ( Al Ba'ts ):

عن جابر رضي الله عنه قال: قيل: يا رسول الله أينام أهل الجنة؟ قال: لا النوم أخو الموت، وأهل الجنة لا يموتون ولا ينامون.

Ditanyai ( oleh seseorang ) : " Wahai Rasul Allah adakah ahli syurga itu tidor? ". Rasulullah sal menjawab : " Tidak. Tidor itu saudara kematian, dan ahli syurga itu tidak akan mati dan tidak tidor ".


Ahli memilikki kesejahteraan hati.

ٱدْخُلُوهَا بِسَلَـٰمٍ ءَامِنِينَ ﴿٤٦﴾ وَنَزَعْنَا مَا فِى صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَ‌ٰنًا عَلَىٰ سُرُرٍ مُّتَقَـٰبِلِينَ﴿٤٧﴾ لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُم مِّنْهَا بِمُخْرَجِينَ ﴿٤٨﴾

(Dikatakan kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman"
(46) Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.(47) Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.

(Al Hijr : 46-48)

Justeru, gunakanlah peluang dan kesempatan hidup yang masih berbaki untuk merebut tempat di syurga. Dan bersabrlah kerana yang dibalasi Allah ta’ala di akhirat nanti adalah terlebih baik dari apa yang telah dilakukan ketika di dunia.

وَلَا يُنفِقُونَ نَفَقَةً صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً وَلَا يَقْطَعُونَ وَادِيًا إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴿التوبة: ١٢١﴾

Dan tidak pula mereka membelanjakan sesuatu perbelanjaan yang kecil, atau yang besar; dan tidak mereka melintas sesuatu lembah, melainkan ditulis pahala bagi mereka, supaya Allah membalas dengan balasan yang lebih baik dari apa yang mereka telah kerjakan. (121)

(At Taubah: 121)



ABi
Tadabbur Diri 38

Bila NAFSU sangat rakus terhadap DUNIA.

عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِيْ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ

Dari Ka’ab bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasûlullâh ‎ﷺ bersabda,

“Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merosakkan dibanding dengan sifat rakus manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merosak agamanya.”

(HR Tirmizi, 2376)

Kerakusan nafsu manusia terhadap dunia sering kali akan merosakkan pegangan dan amalan agamanya. Sebagai contoh kerakusan dan ketamakan manusia kepada harta dan kedudukan samaada sedar atau tidak, akan membawa kepada kezaliman, kebohongan dan perbuatan keji. Bahkan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.

Manusia sangat mencintai harta dan akan terus sentiasa mencarinya, tidak merasa puas dengan yang sedikit, sangat tamak kepada harta dan panjang angan-angan.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا

Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.

(Al-Fajr: 20

وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ

Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan.

(Al-‘Âdiyât: :8)

Sehinggakan ketika sudah berumur dan lanjut usia pun, hati orang tua merasa muda kerana dua hal, iaitu cinta dunia dan panjang angan-angan.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi ‎ﷺ bersabda:

قَلْبُ الشَّيْخِ شَابٌّ عَلَىٰ حُبِّ اثْنَتَيْنِ : طُوْلُ الْـحَيَاةِ وَحُبُّ الْمَالِ

Hati orang yang tua sentiasa muda dalam mencintai dua perkara: hidup yang panjang dan cinta terhadap harta.

(HR Bukhâri, 6420 dan Muslim, 1046 /114)

Nabi ‎ﷺ juga bersabda:

يَكْبَرُ ابْنُ آدَمَ وَيَكْبَرُ مَعَهُ اثْنَانِ: حُبُّ الْمَالِ وَطُولُ الْعُمُرِ

Anak Adam (manusia) semakin tua dan menjadi besar juga bersamanya dua hal: cinta harta dan panjang umur.

(HR Bukhâri,6421 dan Muslim, 1047)

Hikmah dari penyebutan dua hal tersebut iaitu bahawa yang paling dicintai oleh manusia adalah dirinya sendiri, ia ingin hidup kekal, maka kerana itulah ia mencintai panjang umur.

Nabi ‎ﷺ bersabda:

اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَلَا يَزْدَادُ النَّاسُ عَلَى الدُّنْيَا إِلَّا حِرْصًا، وَلَا يَزْدَادُوْنَ مِنَ اللهِ إِلَّا بُعْدًا

Hari Kiamat semakin dekat, dan tidak bertambah (kemauan) manusia kepada dunia melainkan semakin rakus, dan tidak bertambah (kedekatan) mereka kepada Allâh melainkan semakin jauh.

(HR. Al-Hakim, IV/324)

Allâh Azza wa Jalla berfirman tentang manusia:

لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ

Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika ditimpa malapetaka, mereka berputus asa dan hilang harapannya.”

(Fush-shilat: 49)

Al-Baghawi rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Manusia sentiasa meminta kebaikan kepada Rabb-nya, iaitu harta, kekayaan, dan kesehatan.”

(Tafsîr al-Baghawi)

Nabi ‎ﷺ bersabda:

لَوْ أَنَّ لِابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ، وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ

Sungguh, seandainya anak Adam memiliki satu lembah dari emas, niscaya ia sangat ingin mempunyai dua lembah (emas). Dan tidak akan ada yang memenuhi mulutnya kecuali tanah.’ Kemudian Allâh mengampuni orang yang bertaubat.

(Muttafaq ‘alaih: HR Bukhâri, 6439 dan Muslim, 1048)

Dari ‘Abbas bin Sahl bin Sa’ad, ia berkata, “Saya pernah mendengar Ibnu Zubair dalam khutbahnya di atas mimbar di Mekah berkata:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُوْلُ: لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِيَ وَادِيًا مَلْأً مِنْ ذَهَبٍ، أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا، وَلَوْ أُعْطِيَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا، وَلَا يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوْبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ.
“Wahai manusia! Sesungguhnya Nabi ‎ﷺ bersabda, ‘Sungguh, seandainya anak Adam diberikan satu lembah yang penuh dengan emas, pasti dia akan ingin memiliki lembah yang kedua, dan jika seandainya dia sudah diberikan yang kedua, pasti dia ingin mempunyai yang ketiga. Tidak ada yang dapat menutup perut anak Adam kecuali tanah, dan Allâh Subhanahu wa Ta’ala menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.”

(HR Bukhâri, 6438)

Tidak ada yang dapat mencegah keserakahan dan kerakusan nafsu manusia, dan angan-angannya kecuali kematian.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ﴿١﴾ حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ﴿٢﴾ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٣﴾ ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٤﴾ كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ ﴿٥﴾ لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ﴿٦﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ﴿٧﴾ ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim, kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri, kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).”

(At-Takâtsur: 1-8)

Rasûlullâh ‎ﷺ juga bersabda :

يَقُوْلُ الْعَبْدُ : مَالِـيْ ، مَالِـيْ ، إِنَّمَا لَـهُ مِنْ مَالِهِ ثَلَاثٌ : مَا أَكَلَ فَأَفْنَى ، أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَـى ، أَوْ أَعْطَى فَاقْتَنَى ، وَمَا سِوَى ذٰلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ.

“Seorang hamba berkata, ‘Hartaku! Hartaku! Sesungguhnya ia hanya memiliki tiga hal dari hartanya: apa yang telah ia makan lalu habis, atau apa yang ia pakai lalu usang, atau apa yang ia berikan lalu ia simpan untuk akhiratnya. Adapun selain itu, maka ia akan pergi dan ditinggalkannya untuk orang lain.”

(HR. Muslim, 2959)

Baginda ‎ﷺ juga bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِيْ الْـمَـالُ

Setiap ummat memiliki fitnah (ujian), dan fitnah ummatku adalah harta.

(HR Tirmidzi, 2336)

Rasûlullâh ‎ﷺ juga bersabda :

إِنَّمَا أَهْلَكَ مَـنْ كَـانَ قَبْلَكُمُ الدِّيْنَارُ وَالدِّرْهَمُ، وَهُمَا مُهْلِكَاكُمْ

Sesungguhnya dinar dan dirham telah membinasakan orang-orang sebelum kalian dan keduanya juga membinasakan kalian.

(HR. Al-Bazzar, 1612)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

مُـحِبُّ الدُّنْيَا لَا يَنْفَكُّ مِنْ ثَلَاثٍ: هَمٌّ لَازِمٌ، وَتَعَبٌ دَائِمٌ، وَحَسْرَةٌ لَا تَنْقَضِى

Pecinta dunia tidak akan terlepas dari tiga hal: (1) Kesedihan (kegelisahan) yang terus-menerus, (2) Kepenatan keletihan yang berlanjutan, dan (3) Penyesalan yang tidak pernah berhenti.

(Ighâtsatul Lahafân (I/87-88)

Justeru, berhati-hatilah dengan NAFSU mu sendiri.



ABi
Tadabbur Diri 39

Mencorak hidup ibadah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ. فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ، وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ.”

Dari Abu Hurairah r.a., bahawa Rasulullah ﷺ bersabda: “Syaitan mengikat tengkuk kepala salah seorang daripada kalian ketika dia tidur dengan tiga ikatan. Setiap ikatan disertai dengan pukulan sambil berkata, ‘Malam masih panjang, tidurlah!’ Jika dia bangun lalu mengingati Allah, terlepaslah satu ikatan. Jika dia berwuduk, terlepaslah satu ikatan lagi. Jika dia solat, terlepaslah semua ikatan. Maka dia akan bangun pada waktu pagi dengan semangat dan jiwa yang baik. Jika tidak, dia akan bangun dengan jiwa yang buruk dan malas.”


(HR Bukhari, 76 dan 1142)

Mulakanlah tarbiyyah diri hari ini dengan adab rutin harian bagi seorang muslim:

1. Bangun sebelum subuh hari ini.
2. ⁠Yang mula-mula terlafaz di lidah atau hati ialah zikrullah.
3. ⁠Berdoa selepas bangun tidor.
4. ⁠Masuk dan keluar tandas dengan adab.
5. ⁠Masuk dengan kaki kiri dan berdoa, keluar dengan kaki kanan dan berdoa.
6. ⁠Memakai pakaian dengan niat menutup aurat dan bukan tujuan berbangga-bangga.

( Ringkasan nukilan dari kitab Bidayatul Hidayah oleh Imam Ghazali)

Beristighfarlah di waktu sahur!

Kerana ianya sifat seorang HAMBA yang beriman..

وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ﴿١٥﴾الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ﴿١٦﴾الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ﴿١٧﴾‏ ‎﴿آل عمران: ١٥-١٧﴾

Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (15) (Yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka," (16)(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur. (17)

(Ali ‘Imran: 15-17)

وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ﴿الذاريات: ١٨﴾

Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. (18)

(Az Zariyat: 18)

Nabi ‎ﷺ bersabda,

طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيفَتِهِ اسْتِغْفَارًا
كَثِيرًا

“Sungguh beruntung seseorang yang mendapati pada catatan amalnya istighfar yang banyak.” (HR. Ibnu Majah).

Rasulullah ‎ﷺ bersabda,

مَا أَصْبَحْتُ غَدَاةً قَطٌّ إِلاَّ اِسْتَغْفَرْتُ اللهَ
مِائَةَ مَرَّةٍ

“Tidaklah aku berada di pagi hari (antara terbit fajar hingga terbit matahari) kecuali aku beristighfar pada Allah sebanyak 100 kali.”
(HR. An Nasa’i)

Berusahalah untuk memelihara keutamaan Subuh dengan solat sunat subuh dan fardunya.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: قَالَ النَّبِيُّ ‎ﷺ:“رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا.”

Dari Aisyah r.a., beliau berkata: Nabi ‎ﷺ bersabda:

“Dua rakaat sunat Subuh lebih baik daripada dunia dan segala isinya.”

(HR Muslim, 725)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ:
“لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ ‎ﷺ عَلَى شَيْءٍ مِنَ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَيِ الْفَجْرِ.”

Dari Aisyah r.a., beliau berkata:

“Tidak ada solat sunat yang lebih dijaga oleh Nabi ‎ﷺ selain dua rakaat sunat Subuh.”

(HR Bukhari, 1169; Muslim, 724)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ‎ﷺ قَالَ: “لَا تَدَعُوا رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ، وَإِنْ طَرَدَتْكُمُ الْخَيْلُ.”

Dari Abu Hurairah r.a., bahawa Rasulullah ‎ﷺ bersabda:

“Jangan tinggalkan dua rakaat sunat Subuh walaupun kamu dikejar oleh pasukan berkuda.”

(HR Abu Dawud, 1258; Ahmad, 2/248)
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ‎ﷺ:“مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ، فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ، وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ، فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ.”

Dari Uthman bin Affan r.a., beliau berkata: Rasulullah ‎ﷺ bersabda:

“Sesiapa yang solat Isyak berjemaah, maka seolah-olah dia telah beribadah separuh malam. Dan sesiapa yang solat Subuh berjemaah, maka seolah-olah dia telah beribadah sepanjang malam.”

( HR Muslim, 656)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ‎ﷺ قَالَ: “وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ.”


Dari Abu Hurairah r.a., bahawa Rasulullah ‎ﷺ bersabda:

“Dan sesiapa yang solat Subuh secara berjemaah, maka dia berada di bawah perlindungan Allah.”

(HR Muslim, 1492)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ‎ﷺ: “بَشِّرِ الْمَشَّائِينَ فِي الظُّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّورِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.”

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah ‎ﷺ bersabda:

“Berilah berita gembira kepada orang-orang yang berjalan dalam kegelapan menuju masjid (untuk solat Subuh dan Isyak) bahawa mereka akan memperoleh cahaya yang sempurna pada Hari Kiamat.”

( HR Abu Dawud, 561; Tirmizi, 223)


Justeru, berusahalah dan bermujahadahlah dengan gigih dan serius untuk engkau berkekalan dengan rutin ini hingga ke sedutan dan hembusan nafas yang terakhir demi keselamatan hidup akhirat yang bakal dan pasti tiba.



ABi
2024/12/24 03:36:49
Back to Top
HTML Embed Code: