Telegram Web Link
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Nah, itu tadi 9 Tradisi Unik Pernikahan di Berbagai Negara. Ternyata ga cuman Indonesia aja ya, yang punya beragam tradisi unik. Keren sih *prok prok prok. Tanpa dirasa-rasa waktu berjalan begitu cepat ya? Gue akhirin sampe sini aja, sekalian dong coba spill satu tradisi apa yang mau kalian coba sama pasangan masing-masing hahaha. Oke lah, Arrighi pamit undur diri, sampai jumpa di shift malam Rabu gue selanjutnya πŸ‘‹πŸ»
Halo bro. For the first time gua nyapa kalian semua para warga unmv. Seneng gak ketemu gua? Harus seneng, soalnya gua aja seneng ketemu kalian. Kenalin bras, gua Killian Ryhs, Lian. Gua nungguin jadwal konten gua selama 1000 tahun asal lo pada tau, sedangkan lo pada malah sia-siain perjuangan gua nunggu hal ini dengan gak peduli sama konten gua? Gila, jahat asli, tega.

Ok, karna makin malem makin ngeri hawanya, jadi gua usahain pembahasannya juga makin ngeri. Bersama gua yang ganteng ini, semua aman terkendali. Pas banget, ini malam apa, manis? Ga bisa jawab kelewatan. Ini malem jumat wahai kaum rebahan, malem-malem gini enaknya bahas yang nyeremin, iya serem kaya kisah cinta lo itu [jk atuh].
Malem ini gua mau ngebahas tentang sebuah organisasi eksperimen yang bahkan eksperimennya bener-bener di luar nalar. Eksperimen Manusia Nazi.
Iya, lo pada ga salah denger, eksperimen ini melibatkan "manusia" Dalam segala projectnya. Sebelum ke intinya, ada sesuatu buat kalian. Beli tv di Pak dadang, wahai warga unmhv, simak konten gua di #πˆππ‡πŽπ”πƒ dong.
Eksperimen manusia Nazi adalah serangkaian eksperimen medis terhadap sejumlah besar tahanan, terutama orang-orang Yahudi (termasuk anak-anak Yahudi) dari seluruh Eropa, namun dalam beberapa kasus, eksperimen ini juga dilakukan terhadap Orang Rom, tawanan perang Soviet, dan orang cacat Jerman non-Yahudi, yang dilakukan oleh rezim Jerman Nazi di dalam kamp konsentrasi pada awal 1940-an, khususnya selama Perang Dunia II dan Holokaus.

Eksperimen berbahaya yang dirancang untuk membantu personel militer Jerman dalam menghadapi pertempuran, untuk mengembangkan senjata baru, membantu pemulihan personel militer yang terluka, dan untuk mendukung ideologi rasial yang dicetuskan oleh Reich Ketiga.

Dr. Aribert Heim juga melakukan eksperimen medis serupa di kamp konsentrasi Mauthausen-Gusen. Carl Værnet terkenal karena melakukan eksperimen medis terhadap tahanan hom*seksual dalam upayanya yang mencoba untuk menyembuhkan hom*seksualitas.
1. Eksperimen Kembar Siam
Eksperimen pada anak kembar di kamp konsentrasi diciptakan untuk meneliti mengenai persamaan dan perbedaan dalam studi genetika dari anak kembar, serta untuk mengetahui apakah tubuh manusia bisa dimanipulasi secara tidak wajar. Pemimpin utama dari eksperimen ini adalah Josef Mengele. Ia melakukan berbagai eksperimen pada tahun 1943–1944 terhadap hampir 1.500 pasang orang kembar yang dipenjarakan di Auschwitz.
Nazi menganggap penelitiannya ini sangat berharga dan kemudian merekrut Mengele untuk bertugas di kamp konsentrasi Auschwitz yang terletak di Polandia, yang diduduki Jerman pada tanggal 30 Mei 1943. Mengele bukanlah satu-satunya dokter di Auschwitz, Dr. Eduard Wirths juga bertugas di Austhwitz.[6] Di sana, Mengele melakukan eksperimen genetik pada anak-anak kembar. Anak-anak ini dikelompokkan berdasarkan usia dan jenis kelamin mereka lalu dikurung di barak-barak kamp selama eksperimen. Eksperimen-eksperimen ini meliputi penyuntikan zat pewarna yang berbeda ke mata mereka untuk mengetahui apakah hal itu bisa mengubah warna mata mereka, dan, yang paling mengerikan, menjahit mereka menyatu dalam upayanya untuk menciptakan kembar siam.
2. Eksperimen Pembekuan
Eksperimen perendaman di air dingin di kamp konsentrasi Dachau yang dilakukan oleh Professor Ernst HolzlΓΆhner (kiri) dan Dr. Sigmund Rascher (kanan). Subyek mengenakan baju eksperimen Luftwaffe.
Pada tahun 1941
, Luftwaffe melakukan eksperimen dengan tujuan menemukan cara untuk mencegah dan mengobati hipotermia. Salah satu dari eksperimen ini dilakukan dengan cara memaksa subjek untuk bertahan di sebuah tangki air es selama lima jam.
Dalam eksperimen lainnya, para tahanan ditempatkan di udara terbuka dengan bertelanjang bulat selama beberapa jam dengan suhu serendah βˆ’6 Β°C (21 Β°F). Selain meneliti mengenai efek cuaca dingin terhadap fisik, peneliti Nazi juga bereksperimen dengan metode yang berbeda mengenai penghangatan tubuh.

Eksperimen pembekuan/hipotermia ini dilakukan atas perintah dari komando tinggi Nazi untuk membantu tentara Jerman yang menderita dalam pertempuran musim dingin di Eropa Timur. Banyak juga eksperimen yang dilakukan terhadap tentara Rusia yang ditangkap, Nazi ingin mengetahui apakah gen tentara-tentara ini menjadikan mereka lebih tahan terhadap cuaca dingin. Diperkirakan sekitar 100 jiwa meninggal akibat eksperimen ini.
2024/09/28 01:19:42
Back to Top
HTML Embed Code: