Karena kami berdua, aku merasa harus tangkas menghadapi situasi apapun malam itu. Ayah yang berulang kali mengeluh akibat rabun, membuatku sedikit cemas.
Namun, kami merasa sedikit lega. Tidak lama dari ituβterlihat dari kaca spionβada seberkas cahaya lampu yang mulai menyusul mobil yang kami kendarai. Semakin dekat, dan kami bisa melihat itu sebuah mobil innova berwarna putih.
Namun, kami merasa sedikit lega. Tidak lama dari ituβterlihat dari kaca spionβada seberkas cahaya lampu yang mulai menyusul mobil yang kami kendarai. Semakin dekat, dan kami bisa melihat itu sebuah mobil innova berwarna putih.
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Entah dari mana mobil itu muncul. Sebab, dari awal aku bisa memastikan bahwa tidak ada kendaraan lain selain mobil ayah. Tiba-tiba "sring" terang sekali. Mobil innova putih itu menyalakan lampu yang terang sekali. Itu membuat ayah sedikit terbantu untuk melihat jalanan di depan yang diselimuti kegelapan.
Ayah memacu mobil mengikuti mobil itu yang menyalip kami. Selama sepuluh menit kami mengikuti, aku merasakan sesuatu yang aneh. Mataku terasa berat untuk tetap terjaga. Namun, aku berusaha untuk melawannya. Sementara ayah terlihat tetap berusaha membuntuti innova putih itu.
Ayah memacu mobil mengikuti mobil itu yang menyalip kami. Selama sepuluh menit kami mengikuti, aku merasakan sesuatu yang aneh. Mataku terasa berat untuk tetap terjaga. Namun, aku berusaha untuk melawannya. Sementara ayah terlihat tetap berusaha membuntuti innova putih itu.
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Samar-samar kulihat mobil di depan kami belok ke kiri. Sebelum aku benar-benar tak kuasa menahan kantuk yang menggelayut, aku cepat-cepat mencegat ayah yang ingin turut membanting setir mobil ke kiri mengikuti mobil yang di depan kami sebelumnya. Ayah sontak menginjak pedal rem. Dia tergelagap.
"Ayah mau ke mana? Kita mau pulang kan? Lurus saja, Yah! Tidak ada jalanan belok di sini," kataku.
"Ayah mau ke mana? Kita mau pulang kan? Lurus saja, Yah! Tidak ada jalanan belok di sini," kataku.
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Aku sangat ingat jalanan di sini. Tidak ada simpang, hanya ada jalanan lurus saja. Pun ketika aku melihat Google Maps untuk kembali memastikan.
Raut wajah ayah terlihat sedikit pucat. Aku mencoba menenangkannya. Aku kembali meyakinkannya, bahwa tidak ada persimpangan di jalan ini. Kuambilkan minum air mineral dari dalam tas yang masih tersisa setengah. Kubukakan tutupnya, lalu kusodorkan untuk ayah.
Raut wajah ayah terlihat sedikit pucat. Aku mencoba menenangkannya. Aku kembali meyakinkannya, bahwa tidak ada persimpangan di jalan ini. Kuambilkan minum air mineral dari dalam tas yang masih tersisa setengah. Kubukakan tutupnya, lalu kusodorkan untuk ayah.
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Di luar, hujan masih turun dengan derasnya. Kegelapan malam mengepung kami. Ditambah kabut putih yang menyelimuti, membuat malam itu benar-benar kian mencekam.
Sesaat kemudian bulu kudukku berdiri ketika tiba-tiba terdengar suara tangisan perempuan dari balik pepohonan. Sesaat kemudian, suara tangisan itu berubah jadi jeritan yang bikin nyaliku menciut. Suaranya melengking memecah keheningan malam.
Sesaat kemudian bulu kudukku berdiri ketika tiba-tiba terdengar suara tangisan perempuan dari balik pepohonan. Sesaat kemudian, suara tangisan itu berubah jadi jeritan yang bikin nyaliku menciut. Suaranya melengking memecah keheningan malam.
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Kutengok raut wajah ayah. Aku rasa dia juga mendengarnya. Bergegas ayah kemudian menancap gas membawa mobil kami meninggalkan tempat itu. Setelah agak tenang, ayah melihat wajahku.
"Nak, kamu lihat kan tadi ada mobil yang belok kearah kiri?" tanya ayah. "Nak, Ayah serius! Ayah cuma mau memastikan kalau mobil innova itu ke arah kiri," lanjut ayah.
"Nak, kamu lihat kan tadi ada mobil yang belok kearah kiri?" tanya ayah. "Nak, Ayah serius! Ayah cuma mau memastikan kalau mobil innova itu ke arah kiri," lanjut ayah.
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Aku menganggukkan kepala. Kupandangi raut wajah ayah yang tadinya santai kini berubah menjadi gelisah dan takut. Tidak seperti basanya dia bersikap seperti ini.
"Kenapa, Yah?" tanyaku balik.
"Kenapa, Yah?" tanyaku balik.
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Ayah mengelus dada. Suasana hening sejenak. Udara di dalam mobil terasa gerah sekalipun pendingin tetap menyala. Suara jeritan perempuan yang masih terngiang memacu detak jantungku hingga tubuhku terasa panas-dingin.
"Jalanan di sini anker," kata ayah setelah beberapa saat diam. "Di sebelah kiri kita tadi itu jurang. Ayah tahu itu. Tapi, Ayah tidak tahu kenapa ingin mengikuti mobil itu. Ayah merasa seperti setengah tidak sadar. Jika kamu tidak menghentikan ayah, mungkin kita sudah di alam yang berbeda saat ini, Nak," jelas ayah dengan nada yang sangat pelan.
Duhh kok seram banget jadinya
"Jalanan di sini anker," kata ayah setelah beberapa saat diam. "Di sebelah kiri kita tadi itu jurang. Ayah tahu itu. Tapi, Ayah tidak tahu kenapa ingin mengikuti mobil itu. Ayah merasa seperti setengah tidak sadar. Jika kamu tidak menghentikan ayah, mungkin kita sudah di alam yang berbeda saat ini, Nak," jelas ayah dengan nada yang sangat pelan.
Duhh kok seram banget jadinya
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Sontak bulu tengkukku kembali berdiri setelah mendengarkan pernyataan ayah. Ya, walaupun aku sebenarnya sudah tau karena aku hafal jalan ini. Tapi, itu adalah pengalaman horor pertamaku. Aku belum pernah mengalami hal menyeramkan semacam ini sebelumnya.
"Ayah, tapi tadi aku juga melihat seperti ada jalan lain. Tetapi jalan itu pendek seperti terpotong," jelasku.
"Ayah, tapi tadi aku juga melihat seperti ada jalan lain. Tetapi jalan itu pendek seperti terpotong," jelasku.
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
"Iya, itu hanya khayalan. Mobil innova yang entah betulan atau bukan itu seolah sengaja membuat kita nyaman, seakan-akan memimpin jalan mobil kita untuk menuju perjalanan panjang tanpa ujung dan kematian."
Aku sangat bersyukur. Aku merasa Tuhan masih menyayangiku dan ayah pada malam itu. Jujur, tidak ada yang bisa aku ungkapkan pada malam itu. Ayah juga menceritakan, bahwasanya jalanan yang tadi kita lalui adalah jalanan angker.
Aku sangat bersyukur. Aku merasa Tuhan masih menyayangiku dan ayah pada malam itu. Jujur, tidak ada yang bisa aku ungkapkan pada malam itu. Ayah juga menceritakan, bahwasanya jalanan yang tadi kita lalui adalah jalanan angker.
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM